Laman

Kamis, 14 April 2011

KTI


 
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Ketentuan Umum
Menyusun atau membuat karya tulis ilmiah pada dasarnya merupa-kan suatu rangkaian kegiatan mengungkapkan hasil pemikiran dalam bentuk tulisan dengan memenuhi kriteria dan etika penulisan ilmiah. Oleh karena itu, sebelum seorang penulis menuangkan hasil pemikirannya dalam bentuk tulisan, dia lebih dahulu harus mengetahui kriteria dan etika penyu-sunan karya tulis ilmiah.
Pada dasarnya, seseorang yang telah berhasil menyusun suatu karya tulis ilmiah adalah orang yang telah menempuh sebuah “jalan” yang cukup panjang. Jalan tersebut mencakup kegiatan-kegiatan: (1) penentuan tema, (2) pemilihan dan pengumpulan bahan, (3) pengorganisasian bahan, (4) aktivitas berpikir, (5) aktivitas menerapkan pengetahuan metodologis, (6) aktivitas penuangan hasil pemikiran ke dalam bentuk tulisan yang, antara lain, mencakup pemilihan kalimat, suku kata, tanda baca, aturan pengu-tipan, dan seterusnya, serta (7) aktivitas pemeriksaan ulang. Dengan demi-kian, karya tulis ilmiah tidak lahir tanpa proses dan tanpa norma.
Pedoman ini hanya membahas tentang aturan-aturan dan prosedur-prosedur yang berlaku dalam penulisan karya tulis ilmiah di lingkungan akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Untuk mengetahui lebih jauh tentang tahap-tahap penting lain dalam pembuatan karya tulis ilmiah seperti yang disebutkan di atas, seorang calon penulis dianjurkan untuk membaca literatur-literatur tentang metodologi penulisan karya tulis ilmiah yang relevan dengan bidang kajian akademik yang ber-sangkutan.
B. Etika Penyusunan Karya Tulis Ilmiah
1
 
Pada dasarnya terdapat sejumlah versi dan variasi tentang unsur-unsur etika penulisan karya tulis ilmiah. Pemberlakuan unsur-unsur tersebut biasanya ditetapkan secara khusus untuk konteks lingkungan akademik yang tertentu. Walaupun begitu, secara umum, unsur-unsur di bawah ini dipandang berlaku umum dalam setiap penulisan karya tulis ilmiah.
1.  Memelihara kejujuran. Ini berarti, tulisan yang disajikan bukan meru-pakan milik orang lain. Penulis karya tulis ilmiah harus secara jujur membedakan antara pendapatnya dan pendapat orang lain yang diku-tip. Pengutipan pernyataan dari orang lain harus diberi kredit, penga-kuan atau penghargaan dengan cara menyebutkan sumbernya.
2.  Menunjukkan sikap rendah hati (tawa>d}u‘). Karya tulis ilmiah, misal-nya, tidak perlu mengobral kata-kata atau istilah-istilah asing dalam konteks yang tidak tepat dan perlu karena penulis bermaksud mema-merkan kemampuannya dalam bahasa asing yang bersangkutan. Biasanya, penulisan kata-kata asing diperlukan jika padanannya dalam bahasa Indonesia belum ada atau dianggap belum tepat. Begitu juga pengutipan dan perujukan silang (cross reference), baik dalam catatan kaki maupun dalam daftar pustaka, sebaiknya tidak memuat literatur-literatur yang tidak relevan dengan topik karya tulis ilmiah, sebab yang demikian itu dianggap hanya memamerkan kekayaan literatur dan kemampuan bahasa (asing) penulisnya saja.
3.  Bertanggung jawab atas informasi dan analisis yang diungkapkan, serta tidak melemparkan kesalahan yang terdapat dalam karya tulis itu kepada orang lain, atau pihak lain.
4.  Bersikap terbuka, dalam arti memberikan kesempatan kepada pihak lain untuk memeriksa kembali kesahihan data dan fakta yang dikemu-kakan dalam karya tulis ilmiah itu.
5.  Bersikap cermat dalam mengemukakan data, pernyataan, penulisan nama orang, nama tempat, ejaan, dan lain-lain. Kesemberonoan dan kemalasan dalam melakukan pengecekan ulang terhadap data yang dikemukakan menunjukkan rendahnya etika dan tradisi ilmiah sese-orang.
6.  Bersikap objektif dalam menyajikan uraian. Salah satu faktor yang menunjang sikap objektif dalam mengemukakan argumentasi dalam sebuah uraian adalah pemahaman yang memadai tentang aturan-aturan berpikir yang benar, yang dikenal dengan logika. Pemahaman terhadap bidang pengetahuan ini memungkinkan seseorang meng-hindari prosedur dan cara-cara berpikir yang salah (logical fallacies).
C. Pengertian dan Macam Karya Tulis Ilmiah
Karya tulis ilmiah adalah karya tulis yang disusun oleh seseorang berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukannya, antara lain, dalam bentuk makalah, skripsi, tesis, dan disertasi.
1. Makalah
Makalah adalah karya tulis ilmiah yang membahas suatu pokok persoalan, sebagai hasil penelitian atau sebagai hasil kajian yang disam-paikan dalam suatu pertemuan ilmiah (seminar) atau yang berkenaan dengan tugas-tugas perkuliahan yang diberikan oleh dosen yang harus diselesaikan secara tertulis oleh mahasiswa. Tebalnya minimal 8 (delapan) halaman.
2. Skripsi
Skripsi adalah karya ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil penelitian lapangan atau penelitian kepustakaan dan dipertahankan di depan sidang ujian (munaqasyah) dalam rangka penyelesaian studi tingkat Strata Satu (S1) untuk memperoleh gelar Sarjana. Tebal skripsi minimal 60 (enam puluh) halaman jika ditulis dalam bahasa Indonesia, dan minimal 40 (empat puluh) halaman jika ditulis dalam bahasa asing (Arab atau Inggris).
3. Tesis
Tesis adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyelesaian studi pada tingkat program Strata Dua (S2), yang diajukan untuk diuji/ dinilai oleh tim penguji guna memperoleh gelar Magister. Pembahasan dalam tesis mencoba mengungkapkan persoalan ilmiah tertentu dan meme-cahkannya secara analitis kritis. Tebal tesis minimal 100 (seratus) halaman.
4. Disertasi
Disertasi adalah karya ilmiah yang ditulis dalam rangka penyele-saian studi pada tingkat Strata Tiga (S3), yang dipertahankan di depan sidang ujian promosi untuk memperoleh gelar Doktor (Dr.). Pembahasan dalam disertasi harus analitis kritis, dan merupakan upaya pendalaman dan pengembangan ilmu pengetahuan yang ditekuni oleh mahasiswa yang bersangkutan. Untuk itu, pembahasannya harus menggunakan pendekatan multidisipliner yang dapat memberikan suatu kesimpulan yang berimpli-kasi filosofis dan mencakup beberapa bidang ilmiah. Tebalnya minimal 200 (dua ratus) halaman.
Selanjutnya, keempat karya tulis ilmiah ini: makalah, skripsi, tesis, dan disertasi, jika disebutkan secara bersama-sama, akan disebut sebagai “karya tulis ilmiah” saja.
D.      Bahasa Karya Tulis Ilmiah
Bahasa yang digunakan dalam karya tulis ilmiah adalah bahasa ilmiah. Ciri-ciri terpenting bahasa ilmiah adalah objektif, jelas, cermat, dan konsisten. Oleh karena itu, pernyataan yang bersifat spekulatif dan ambigu harus dihindari karena bahasa ilmiah bukanlah bahasa dakwah atau bahasa populer dan jauh dari bahasa iklan dan bahasa pasaran atau bahasa gaul (slang).
Selain itu, bahasa ilmiah harus mengikuti aturan baku (standar) yang berlaku pada jenis bahasa yang digunakan. Dalam bahasa Indonesia, misalnya, aturan tersebut dikenal dengan ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ejaan yang digunakan haruslah ejaan yang sedang berlaku.[1]
Kalimat yang digunakan harus efisien dan lengkap. Kalimat diang-gap efisien jika mampu mengomunikasikan pikiran penulisnya secara tepat, singkat, dan padat. Kalimat dipandang lengkap jika mengandung minimal subjek dan predikat. Sebaiknya dihindari penyusunan kalimat yang terlalu panjang. Panjang lima baris ketukan biasanya sudah merupakan ukuran maksimal sebuah kalimat. Harus diperhatikan secara cermat dan tepat penggunaan huruf besar, huruf kecil, tanda koma, tanda titik, tanda hubung, dan tanda-tanda baca lainnya. Transliterasi yang digunakan harus konsisten dan sesuai dengan pedoman yang berlaku. Kata-kata asing yang belum menjadi kosa kata bahasa Indonesia hendaknya ditulis dengan benar dan dengan huruf miring (italics).
Selain itu, pergantian alinea harus sesuai dengan ketentuan. Definisi-definisi yang dikemukakan harus tersusun dalam kalimat yang ja>mi‘ (serba mencakup) dan ma>ni‘ (spesifik). Pernyataan-pernyataan yang dikemukakan harus jelas, cermat, tidak rancu dan tumpang tindih antara pendapat penulis dan pernyataan yang berasal dari pihak lain, dan tidak terjadi pelompatan kesimpulan (jumping conclusion). Hubungan antara satu kalimat dengan kalimat berikutnya harus runtut, logis, dan sistematis.
Karya tulis ilmiah dalam lingkungan akademik UIN Alauddin Makassar, pada dasarnya, ditulis dalam bahasa Indonesia, kecuali skripsi mahasiswa jurusan/program studi Bahasa dan Sastra Arab ditulis dalam bahasa Arab. Demikian juga, skripsi mahasiswa jurusan/program studi bahasa Inggris ditulis dalam bahasa Inggris.
E. Tujuan dan Kegunaan
Tugas membuat karya tulis ilmiah di lingkungan akademik memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:
1.  Melatih mahasiswa mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitian mereka dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
2.  Menumbuhkan etos ilmiah dan tradisi akademik di kalangan maha-siswa sehingga mereka mampu menghasilkan karya di bidang ilmu pengetahuan dalam bentuk tulisan, terutama setelah penyelesaian studi mereka.
3.  Menjadi wahana transmisi pengetahuan dari UIN Alauddin Makassar ke kalangan yang membutuhkan, termasuk ke masyarakat luas.
4.  Merupakan salah satu bentuk pembuktian potensi, kemampuan, dan wawasan akademik mahasiswa yang bersangkutan, yang diperoleh melalui pendidikan dan pengajaran di jurusan masing-masing, ter-utama dalam menyelesaikan masalah dengan menulis karya ilmiah.

BAB II

 
PENYUSUNAN RENCANA PENELITIAN
(RENCANA PENELITIAN SKRIPSI DAN SINOPSIS TESIS/DISERTASI)
A.      Prosedur Penyusunan Rencana Penelitian
1. Rencana Penelitian Skripsi
a.  Judul dan permasalahan skripsi yang akan diajukan harus memiliki relevansi dan keterkaitan dengan disiplin ilmu yang digeluti mahasiswa di jurusan/program studi masing-masing.
b.  Prosedur pengajuan rencana penelitian skripsi diatur sebagai berikut:
1)  Mahasiswa mengajukan tiga judul skripsi yang masing-masing disertai permasalahan pokok lalu dijabarkan secara logis ke dalam beberapa submasalah.
2)  Ketua Jurusan, dibantu oleh sekretaris jurusan, memeriksa relevansi dan orisinalitas judul dan masalah pokok yang diajukan serta tingkat kompetensi mahasiswa dalam membahas judul tersebut. Orisinalitas yang dimaksud dalam hal ini adalah bahwa judul yang diajukan bukan merupakan duplikasi dan perulangan.
3)  Terkait dengan poin (2) di atas, jika dipandang perlu, ketua jurusan memberi rekomendasi kepada mahasiswa untuk mengonsultasikan judul dan permasalahan yang diajukan dengan dosen yang memiliki kompetensi akademik pada bidang terkait.
4)  Setelah mempertimbangkan bahwa judul dan permasalahan yang mahasiswa ajukan sudah dapat ditulis dalam bentuk rencana peneli-tian skripsi, ketua jurusan memberikan disposisi dan mengajukan calon pembimbing bagi mahasiswa yang bersangkutan untuk menda-patkan persetujuan dekan. Dalam proses pengajuan pembimbing, mahasiswa dapat mengusulkan sendiri calon pembimbing.
6
 
5)  Berdasarkan usul dari ketua jurusan, dekan mengirimkan surat per-mintaan kesediaan menjadi pembimbing kepada dosen yang diusul-kan oleh ketua jurusan dengan melampirkan judul dan permasalahan yang diajukan mahasiswa.
6)  Setelah calon dosen pembimbing menyatakan kesediaannya, dekan menerbitkan surat keputusan pembimbing.
7)  Setelah penetapan dosen pembimbing, mahasiswa sudah dapat menyusun rencana penelitian skripsi.
8)  Dosen pembimbing yang bersangkutan dapat melaksanakan seminar guna mengetahui tingkat kompetensi mahasiswa yang bersangkutan serta kelayakan permasalahan untuk dikaji.
9)  Setelah mendapat persetujuan dari dosen pembimbing dan ketua jurusan, maka rencana penelitian skripsi tersebut diajukan kepada dekan untuk disahkan. Setelah pengesahan ini, penelitian dan penulisan skripsi secara resmi sudah dapat dimulai.
2. Sinopsis Tesis dan Disertasi
a.  Judul dan permasalahan yang akan diajukan harus memiliki relevansi dengan disiplin ilmu yang dikaji dalam Program Pascasarjana UIN Alauddin dengan memperhatikan spesifikasi kajian program dan disiplin ilmu yang ditekuni oleh mahasiswa yang bersangkutan.
b.  Untuk pengajuan sinopsis tesis atau disertasi, mahasiswa melakukan konsultasi awal dengan ketua program studinya masing-masing. Untuk itu, mahasiswa harus menyiapkan tiga judul tesis/disertasi, masing-masing disertai pokok permasalahan yang dijabarkan secara logis ke dalam beberapa submasalah.
c.  Setelah ketua program studi menyetujui judul dan permasalahan yang diusulkan, tahap berikutnya adalah mahasiswa membuat sinopsis.
d.  Direktur Program Pascasarjana kemudian menyampaikan surat permin-taan kesediaan menjadi promotor penulisan tesis/disertasi kepada dosen yang dipandang memiliki keahlian yang relevan dengan objek kajian tesis/disertasi terkait.
e.  Setelah mendapat persetujuan dari promotor, sinopsis sudah dapat dise-minarkan.
f.   Mahasiswa melakukan perbaikan sinopsis berdasarkan hasil seminar untuk selanjutnya mendapatkan persetujuan dari promotor dan penge-sahan dari ketua program studi. Setelah pengesahan ini, tahap-tahap penelitian dan penulisan tesis/disertasi secara resmi sudah dapat dimulai.
B. Materi Rencana Penelitian
Rencana penelitian skripsi dan sinopsis tesis/disertasi yang diajukan harus berisikan materi pokok sebagai berikut:
1.  Latar belakang masalah;
2.  Rumusan masalah;
3.  Hipotesis (bila diperlukan);
4.  Definisi operasional dan ruang lingkup penelitian;
5.  Kajian pustaka;
6.  Kerangka teoretis (khusus program studi S2 dan S3)
7.  Metodologi penelitian;
8.  Tujuan dan kegunaan;
9.  Daftar pustaka;
10.  Kerangka isi penelitian (outline).
Materi pokok rencana penelitian di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
1.  Latar Belakang Masalah menguraikan data dan fakta yang melatar-belakangi munculnya masalah pokok yang akan dikaji dalam skripsi, tesis, dan disertasi. Uraian tersebut berisikan tinjauan historis, teoretis, dan faktual mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah pokok, baik berdasarkan hasil-hasil studi yang telah ada sebelumnya maupun berdasarkan pengamatan sendiri. Biasanya, sistematika dan logika uraian pada bagian ini menyerupai kerucut terbalik, yaitu diawali dengan paragraf-paragraf yang mengulas data dan fakta-fakta yang bersifat umum, lalu menyempit dan mengerucut ke hal-hal yang lebih khusus yang mengantar pemikiran pembaca ke pokok permasa-lahan yang akan dikaji. Karena bobot tesis dituntut melebihi bobot skripsi, maka ulasan tentang latar belakang masalah untuk penulisan tesis, apalagi disertasi, haruslah lebih luas dan mendalam. Latar belakang permasalahan juga harus mencerminkan realitas dan aktualitas objek penelitian, mendeskripsikan signifikansi akademik penelitian, dan alasan-alasan pemilihan masalah pokok tersebut.
2.  Rumusan Masalah merupakan bagian di mana masalah pokok yang akan dikaji ditegaskan secara konkret dan diformulasikan dalam ben-tuk kalimat-kalimat pertanyaan yang memerlukan jawaban. Untuk kedalaman pembahasan, permasalahan yang akan dikaji seharusnya dijabarkan hanya ke dalam satu masalah pokok saja. Satu masalah pokok inilah yang harus dianalisis secara logis ke dalam beberapa submasalah. Jika masalah pokok tersebut ternyata mempunyai ruang lingkup yang terlalu luas, maka ia harus dibatasi dengan cara meng-identifikasi, memilih, dan menjelaskan aspek yang lebih khusus dari masalah yang akan diteliti.
Dalam penulisan tesis dan disertasi diperlukan identifikasi dan analisis yang lebih luas dan mendalam terhadap permasalahan yang muncul sekitar tema yang diangkat guna mendemonstrasikan ke-luasan wawasan dan kompetensi akademik calon peneliti. Setelah permasalahan teridentifikasi dan teranalisis secara luas dan dalam, barulah sebuah masalah pokok yang akan dikaji dipilih dan dirumus-kan. Pemilihan masalah pokok hendaknya memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam metodologi penelitian.
3.  Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap jawaban atas masalah pokok yang diajukan. Tujuannya adalah untuk memberikan arah dan fokus yang jelas bagi penelitian yang berupaya melakukan verifikasi terhadap baik kesahihan maupun kesalahan suatu teori. Esensi dari hipotesis adalah pernyataan asumtif dan afirmatif berda-sarkan pada pemikiran logis sederhana (a priori) tentang adanya hubungan yang signifikan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis dinyatakan dalam bentuk kalimat deklaratif yang menegaskan adanya hubungan antara variabel-variabel terkait. Hipotesis diperlukan dalam penelitian yang bersifat verifikatif, tetapi tidak diperlukan dalam penelitian yang bersifat eksploratif atau deskriptif.
Unsur lain yang perlu ditegaskan dalam pernyataan hipotesis ini adalah teknik pengujian hipotesis dengan menggunakan: tes dengan logika, tes dengan informasi, dan tes dengan percobaan.
Penyusunan hipotesis harus berlandaskan pada kerangka teori yang jelas seperti yang dituntut dalam suatu metodologi penelitian.
4.  Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian. Definisi opera-sional diperlukan untuk menghindari terjadinya kekeliruan penafsiran pembaca terhadap variabel-variabel atau kata-kata dan istilah-istilah teknis yang terkandung dalam judul. Sedangkan ruang lingkup pene-litian berfungsi untuk menjelaskan batasan dan cakupan penelitian, baik dari segi rentang waktu maupun jangkauan wilayah objek penelitian.
5.  Kajian Pustaka. Secara umum, kajian pustaka merupakan bagian di mana calon peneliti harus mendemonstrasikan hasil bacaannya yang ekstensif terhadap literatur-literatur yang berkaitan dengan pokok masalah yang akan dia teliti. Ini dimaksudkan agar calon peneliti benar-benar mampu mengidentifikasi kemungkinan signifikansi dan kontribusi akademik dari penelitiannya pada konteks waktu dan tempat tertentu.
Untuk penelitian lapangan, kajian pustaka berisi ulasan yang dimaksudkan untuk memastikan bahwa:
  Pokok masalah yang akan diteliti dan dibahas belum pernah dite-liti atau dibahas oleh penulis lain sebelumnya.
  Pokok masalah yang akan diteliti mempunyai relevansi (sesuai atau tidak sesuai) dengan sejumlah teori yang telah ada.
Sedangkan untuk penelitian kepustakaan, kajian pustaka berisi ulasan yang dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa:
  Pokok masalah yang akan diteliti belum pernah dibahas oleh penulis lain sebelumnya. Kalau pun pokok masalah tersebut telah dibahas oleh penulis lain sebelumnya, pendekatan dan paradigma yang digunakan untuk meneliti pokok masalah tersebut akan berbeda dengan penulis-penulis sebelumnya.
  Menjelaskan bahwa hasil-hasil penelitian sebelumnya tentang pokok masalah tersebut (jika memang ada), masih perlu diuji dan/atau dikembangkan lebih lanjut.
  Menjelaskan bahwa teori-teori yang sejauh ini digunakan untuk membahas pokok masalah terkait tidak lagi relevan dan, karena itu, calon peneliti akan menggunakan teori yang berbeda/baru.
6.  Kerangka Teoretis (khusus untuk program studi S2 dan S3)
     Kerangka teoretis adalah rumusan-rumusan yang dibuat berdasarkan proses berpikir deduktif dalam rangka menghasilkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi baru yang memudahkan seorang peneliti merumuskan hipotesis penelitiannya. Secara ringkas, kerangka teo-retis mencakup langkah-langkah:
  Pengkajian teori-teori ilmiah yang akan dipergunakan dalam analisis;
  Pembahasan mengenai penelitian-penelitian lain yang relevan;
  Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis dengan mempergunakan premis-premis yang tercantum dalam teori-teori ilmiah dan penelitian-penelitian yang relevan tersebut dengan menyatakan secara tersurat postulat, asumsi, dan prinsip yang dipergunakan (jika diperlukan); dan
  Perumusan hipotesis.
Urgensi kerangka teoretis yang paling utama adalah untuk mem-permudah perumusan hipotesis. Selain itu, kerangka teoretis juga berguna untuk mempertegas jenis hubungan yang terjadi antar-variabel serta untuk menggambarkan bagaimana proses pengorganisa-sian dan analisis data dilakukan. Dengan adanya kerangka teoretis, akan semakin jelas bagi peneliti tahap-tahap pengolahan dan analisis data, penentuan variabel-variabel bebas dan terikat, dan penentuan hubungan antarvariabel.
7.  Metodologi Penelitian berisi ulasan tentang metode yang dipergu-nakan dalam tahap-tahap penelitian yang meliputi: jenis, pendekatan, pengumpulan data, dan pengolahan/analisis data.
a.  Jenis Penelitian. Bagian ini menjelaskan jenis penelitian yang diguna-kan, misalnya: historis, studi kasus, eksploratif, deskriptif, eksplanatif, dan sebagainya.
b.  Metode Pendekatan. Bagian ini menjelaskan perspektif yang digunakan dalam membahas objek penelitian. Perspektif yang digunakan harus memiliki relevansi akademik dengan fakultas dan jurusan/program studi mahasiswa yang bersangkutan. Sebagai contoh, penelitian yang dilaku-kan mahasiswa dalam lingkungan Fakultas Adab dan Humaniora seha-rusnya menggunakan pendekatan linguistik dan historis; pendekatan komunikasi dan sosiologi bagi Fakultas Dakwah dan Komunikasi; pen-dekatan teologi normatif (syari>) dan yuridis bagi Fakultas Syariah dan Hukum; pendekatan pendidikan dan psikologis bagi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan; pendekatan filosofis, teologis, sufistik, dan eksegesis dan/atau hermeneutik bagi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat; pende-katan saintifik bagi Fakultas Sains dan Teknologi; serta pendekatan eksperimentatif bagi Fakultas Ilmu Kesehatan. Penggunaan pendekatan sekunder dan multidisipliner tetap terbuka sesuai dengan pembahasan.
Untuk Program Pascasarjana, pendekatan yang diperlukan adalah pendekatan interdisipliner atau multidisipliner.
c.  Metode Pengumpulan Data. Bagian ini mencakup penjelasan tentang teknik-teknik yang digunakan dalam pengumpulan data, seperti obser-vasi, wawancara, survei, dokumen, dan/atau kartu data. Selain itu, perlu juga dikemukakan jenis data (kuantitatif atau kualitatif), sumber data, baik primer maupun sekunder; baik kepustakaan (library research) mau-pun lapangan (field research). Dalam hal penelitian lapangan, perlu dite-gaskan lokasi penelitian, populasi dan sampel serta proses samplingnya.
d.  Metode Pengolahan dan Analisis Data. Pada bagian ini, dikemukakan jenis metode pengolahan dan analisis data yang digunakan, yakni metode kuantitatif atau metode kualitatif serta alasan penggunaannya. Jika menggunakan metode kuantitatif, perlu ditegaskan lebih lanjut tentang model penyajian data seperti penyajian dalam bentuk tabel atau grafik, dan memastikan penggunaan analisis statistik. Jika penelitian menggunakan metode kualitatif, perlu ditegaskan teknik analisis dan interpretasi data yang digunakan.
8.  Tujuan dan Kegunaan. Pada bagian ini, dijelaskan tujuan yang hen-dak dicapai oleh penelitian terhadap masalah yang sedang dikaji. Tujuan penelitian bisa mencakup salah satu dari alternatif berikut:
  Menemukan atau merumuskan suatu teori (baru);
  Mengembangkan suatu teori;
  Menguji kebenaran suatu teori;
Penegasan tujuan penelitian tidak cukup hanya dengan me-nyalin salah satu dari tiga kalimat di atas, tetapi harus ditambah dengan keterangan yang tegas dan jelas tentang teori apa yang akan dirumuskan, dikembangkan, atau diuji.
Sementara itu, kegunaan penelitian menjelaskan tentang kegunaan atau manfaat yang diharapkan bisa diperoleh lewat pene-litian. Bagian ini bisa mencakup dua hal pokok berikut:
  Kegunaan ilmiah yang berkaitan dengan kontribusi bagi perkem-bangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu keislaman pada khususnya.
  Kegunaan praktis yang berkaitan dengan pembangunan masyara-kat, bangsa, negara, dan agama.
Kegunaan penulisan yang bersifat formal, yakni sebagai kelengkapan syarat guna memperoleh gelar akademik tidak perlu diungkapkan karena telah tercantum dalam halaman sampul. Demi-kian juga, tidak perlu menyebutkan kegunaaan yang bersifat personal, misalnya sebagai wahana pengembangan kompetensi akademik peneliti yang bersangkutan,
9.  Daftar Pustaka merupakan bagian yang memuat daftar literatur ilmiah yang telah ditelaah dan akan dijadikan rujukan dalam penu-lisan. Dalam rencana penelitian skripsi atau sinopsis tesis dan diser-tasi, daftar pustaka masih bersifat tentatif, karena selalu ada kemung-kinan ditemukannya sumber lain yang lebih handal, lengkap, dan valid, atau dapat melengkapi kepustakaan yang sudah ada.
10.  Kerangka Isi (outline), yakni sistematika pembahasan yang dibagi ke dalam bab-bab dan subbab-subbab sesuai dengan topik dan per-masalahannya. Dalam rencana penelitian skripsi atau sinopsis tesis dan disertasi, kerangka isi ini masih dapat mengalami perubahan atau penyempurnaan dalam proses penelitian dan pembahasan karya tulis ilmiah selanjutnya.

BAB III

 
KOMPOSISI KARYA TULIS ILMIAH
A.      Pengertian Komposisi Karya Tulis Ilmiah
Komposisi karya tulis ilmiah yang dimaksud di sini ialah struktur penempatan uraian dan pembahasan hasil penelitian. Penjelasan tentang ini diperlukan untuk memastikan adanya keterkaitan logis dan sistematis antara setiap bagian dalam karya tulis ilmiah tersebut sehingga menjadi karya tulis ilmiah yang utuh.
B. Sistematika
Secara umum, komposisi penulisan karya ilmiah terdiri atas tiga bagian utama, yaitu: bagian awal, bagian pokok atau isi, dan bagian akhir. Sesuai dengan sifat dan tujuan masing-masing karya tulis ilmiah, maka sistematika skripsi, tesis, dan disertasi dibedakan dari sistematika makalah.
1. Skripsi, Tesis, dan Disertasi
Komposisi penulisan skripsi, tesis, dan disertasi disusun secara sistematis sebagai berikut:
a.  Bagian Awal:
1)  Halaman Sampul
2)  Halaman Judul
3)  Abstrak
4)  Halaman Persetujuan Pembimbing
5)  Halaman Pernyataan Penulis
6)  Halaman Pengesahan
7)  Halaman Pengantar
8)  Daftar Isi
9)  Daftar Tabel (kalau ada)
10)  Daftar Ilustrasi (kalau ada)
14
 
11)  Transliterasi
b.  Bagian Pokok atau Isi
1)  Bab Pendahuluan
2)  Bab-bab Pembahasan, yang mencakup tiga bagian:
a)  Bab yang berisi bagian kajian teori;
b)  Bab yang memuat deskripsi hasil penelitian;
c)  Bab yang berisi analisis masalah.
3)  Bab Penutup, yang berisi kesimpulan dan implikasi atau rekomen-dasi.
c.  Bagian Akhir:
1)  Daftar Pustaka;
2)  Lampiran atau Apendiks (kalau ada);
3)  Riwayat Hidup Singkat Penulis.
2. Makalah
Sistematika makalah disusun sebagai berikut:
a.  Pendahuluan, meliputi:
1)  Latar belakang dan signifikansi masalah;
2)  Rumusan masalah atau pernyataan pokok masalah (thesis statement);
3)  Sistematika pembahasan.
b.  Pembahasan sesuai dengan submasalah yang ada.
c.  Penutup yang mengandung kesimpulan dan implikasi.
C. Uraian Komposisi
1. Bagian Awal:
a.  Halaman sampul berisikan kalimat-kalimat tentang:
1)  Judul karya tulis ilmiah (skripsi, tesis, disertasi);
2)  Kata “oleh”;
3)  Nama penulis, dan di bawahnya tertulis NIM;
4)  Kalimat peruntukan skripsi, tesis, dan disertasi;
5)  Tahun penyelesaian karya tulis ilmiah, yakni tahun persetujuan pem-bimbing.
b.  Halaman judul berwarna putih (kertas HVS), isinya sama dengan halaman sampul.
c.  Abstrak (bukan abstraksi) adalah intisari kandungan skripsi yang ditulis dalam bentuk esei pendek. Bila memungkinkan, abstrak juga dibuat dalam bahasa Arab atau Inggris. Abstrak sebaiknya ditulis dalam satu halaman, maksimal dua halaman dengan jarak spacing 18 pt. Abstrak hanya menguraikan bagian-bagian yang penting secara singkat dan padat tentang tema, tujuan, jenis pendekatan, dan kesimpulan. Dengan pengungkapan bagian-bagian tersebut, kandungan karya tulis ilmiah dapat tergambar secara ringkas, tetapi cukup jelas. Harus diingat, abstrak bukanlah kesimpulan-kesimpulan yang ditempatkan pada bagian awal karya tulis ilmiah; bukan pula pemadatan atau intisari dari bagian pendahuluannya, atau ringkasan rumusan masalahnya.
d.  Halaman persetujuan pembimbing, berisi:
1)  Judul halaman “Persetujuan Pembimbing” ditempatkan secara si-metris di bagian atas.
2)  Teks persetujuan.
3)  Tanggal persetujuan.
4)  Tanda tangan, nama, dan NIP pembimbing.
Setelah karya tulis ilmiah dipertahankan di hadapan penguji, halaman ini tidak perlu ikut terjilid karena fungsinya hanya sebagai nota pengantar ujian (untuk contoh konkret halaman ini, lihat Lampiran 11 dan 12).
e.  Halaman pernyataan keaslian kepengarangan (authorship) karya tulis ilmiah tersebut oleh penulis yang bersangkutan. (Contoh untuk halaman ini terdapat pada Lampiran 8).
Unsur-unsur halaman ini adalah:
1)  Judul halaman: Pernyataan Keaslian” karya tulis ilmiah (nama karya tulis ilmiah disebutkan sesuai dengan jenisnya: skripsi, tesis atau disertasi).
2)  Teks pernyataan yang berbunyi: “Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa Skripsi (Tesis/ Disertasi) ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain secara keseluruhan atau sebagian, maka Skripsi (Tesis/Disertasi) ini beserta gelar yang diperoleh karenanya, batal demi hukum.”
3)  Tanggal pernyataan;
4)  Tanda tangan penyusun;
5)  Nama/NIM penyusun;
f.   Halaman Pengesahan, yaitu halaman yang berisi:
1)  Kalimat “PENGESAHAN” sebagai judul.
2)  Teks pengesahan.
3)  Tanggal pengesahan (sesuai dengan waktu kelulusan).
4)  Nama para anggota Tim Penguji disertai nama jabatan dan tanda tangan asli mereka.
5)  Diketahui oleh Dekan Fakultas/Direktur PPS.
g.  Kata Pengantar yang berisi ungkapan perasaan syukur penulis kepada Allah swt. dan pernyataan terima kasihnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moral dan material atas penyelesaian karya tulis ilmiah yang bersangkutan, dan pihak-pihak yang dinilai telah berjasa kepada penulis selama menempuh pendidikan di universitas. Panjang kata pengantar sebaiknya berkisar pada 1 (satu) sampai 3 (tiga) halaman saja.
Ucapan terima kasih pada umumnya ditujukan kepada, tetapi tidak mesti terbatas pada, pihak-pihak berikut:
1)  Rektor dan Dekan dengan seluruh jajarannya;
2)  Para pembimbing;
3)  Instansi yang memberikan fasilitas waktu, tempat, dan rekomendasi bagi pelaksanaan penelitian;
4)  Kepala perpustakaan dan seluruh stafnya;
5)  Pihak-pihak yang secara konkret memberikan bantuan kepada penulis;
6)  Orangtua, anggota keluarga, dan kawan-kawan penulis yang benar-benar memberikan bantuan kepadanya dalam rangka penyelesaian studi.
Ucapan terima kasih hendaknya menggunakan kalimat yang santun dan wajar, tidak berlebih-lebihan dalam menghargai pihak lain, tetapi juga tidak terlalu merendahkan diri. Keterbatasan-keterbatasan teknis berkaitan dengan penulisan karya tulis ilmiah mungkin bisa disebutkan secara wajar, tetapi pernyataan yang secara gamblang mengungkapkan kekurangan dan kelemahan akademik penulis dan karya tulis ilmiahnya sebaiknya dihindari supaya karya tulis tersebut tetap memiliki wibawa ilmiah yang objektif.
h.  Daftar Isi memuat keterangan terperinci dan sistematis tentang kese-luruhan kandungan karya tulis ilmiah, meliputi bagian awal, tengah, dan akhir. Di dalamnya dicantumkan judul bab dan subbabnya, yang masing-masing diawali dengan nomor atau huruf urutan yang konsisten dan diberi nomor halaman awal pemuatannya. Jarak antara judul bab atau subbab dengan nomor halaman dihubungkan dengan titik-titik.
Cara penulisan Daftar Isi adalah sebagai berikut:
1)  Kata DAFTAR ISI ditempatkan sebagai judul halaman di bagian atas tengah dengan huruf capital tebal (All Caps) tanpa garis bawah (atau huruf miring atau Italic) dan tanpa titik.
2)  Unsur-unsur dari bagian awal skripsi, yakni Halaman Judul, Abstrak, Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi (Tesis/Disertasi), Halaman Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, dan seterusnya, ditulis dengan huruf kapital. Nomor halaman pemuatan dalam angka Romawi kecil ditempatkan di ujung baris.
3)  Bab-bab diketik secara berturut-turutan dengan indikator angka Romawi besar, diikuti dengan judul bab yang ditulis secara kese-luruhan dengan huruf capital tanpa garis bawah. Sementara itu, huruf awal setiap kata dalam Subbab ditulis dengan huruf kapital, kecuali huruf awal kata sandang, kata depan, dan kata penghubung yang ditulis dengan huruf kecil.
4)  Pada prinsipnya, ketentuan penulisan karya ilmiah dalam bahasa Arab sama dengan ketentuan di atas kecuali dalam hal-hal teknis tertentu yang memang perlu disesuaikan dengan ketentuan dalam bahasa Arab.
i.   Daftar Tabel dan Ilustrasi. Kalau dalam skripsi, tesis, atau disertasi terdapat lima buah tabel atau ilustrasi, maka perlu dibuatkan daftar tersendiri dengan teknik seperti pembuatan DAFTAR ISI dengan judul DAFTAR TABEL atau DAFTAR ILUSTRASI. Demikian pula peta, diagram, grafik, dan sebagainya, jika ada, dibuat seperti teknik pem-buatan Daftar Tabel dan Ilustrasi.
2. Bagian Pokok atau Isi Karya Tulis Ilmiah
a.  Pendahuluan
Pendahuluan mencakup penjelasan-penjelasan yang berkaitan erat dengan masalah yang dibahas dalam bab-bab selanjutnya. Oleh karena itu, bagian pendahuluan dimaksudkan untuk mengantar pembaca memasuki uraian-urain selanjutnya tentang masalah yang diangkat dalam karya tulis ilmiah, yang memuat subbab-subbab sebagai berikut:
1)  Latar Belakang Masalah
2)  Rumusan dan Batasan Masalah
3)  Hipotesis (bila diperlukan)
4)  Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Pembahasan
5)  Metodologi Penelitian
6)  Kajian Pustaka
7)  Kerangka Teoretis (khusus untuk Tesis dan Disertasi)
8)  Tujuan dan Kegunaan,
9)  Garis-garis Besar Isi (Skripsi/Tesis/Disertasi)
Uraian pada setiap item dalam bab pendahuluan seperti yang disebutkan di atas harus dikembangkan berdasarkan unsur-unsur yang telah dijelaskan dalam rencana penelitian. Hal ini penting terutama karena bab pendahuluan ini memuat deskripsi yang lebih lengkap dan mendetail tentang prosedur dan metode pelaksanaan penelitian. Dengan kata lain, meskipun unsur-unsur pembahasan keduanya memiliki kesamaan, namun tidak berarti naskah rencana penelitian serta-merta akan persis menjadi bab pendahuluan.
b.  Bab-bab Penguraian
Uraian dalam karya tulis ilmiah harus memuat hasil penafsiran dan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan yang merupakan jawaban terperinci atas persoalan yang berhubungan dengan pokok pem-bahasan dan sub-sub masalahnya.
Bab-bab penguraian ini disusun secara sistematis dan logis. Dalam hal ini, uraian diawali dengan pembahasan yang bersifat umum tentang kajian-kajian teoretis yang telah ada dan dipandang relevan untuk dijadikan salah satu kerangka teori dalam penelitian karya tulis ilmiah. Ini kemudian disusul dengan pembahasan masalah secara lebih khusus yang memberikan deskripsi tentang objek penelitian dan analisis terhadap masalah.
Karena karya tulis ilmiah pada dasarnya merupakan laporan hasil penelitian, maka bab-bab penguraian dapat pula disusun dengan mengi-kuti pola penulisan laporan penelitian, terutama untuk penulisan yang berdasarkan pada riset lapangan. Dalam hal ini, bab-bab penguraian mencakup pembahasan tentang landasan dan kerangka teoretis, meto-dologi penelitian, dan hasil penelitian.
c.  Bab Penutup
Bab ini berisi kesimpulan penelitian serta implikasi atau reko-mendasi yang muncul berdasarkan penelitian tersebut. Kesimpulan merupakan kristalisasi, kulminasi, dan intisari dari bahasan-bahasan yang telah dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya yang ditulis dengan kalimat-kalimat yang ringkas, padat, dan tegas. Yang lebih penting lagi, kesimpulan harus merupakan jawaban yang tegas terhadap pokok masa-lah (thesis statement) atau hipotesis yang dikemukakan pada bagian pendahuluan. Perlu diingat, kesimpulan bukan merupakan ringkasan dari uraian-uraian sebelumnya, melainkan hasil pemecahan terhadap perma-salahan yang diangkat dalam karya tulis ilmiah, yang dirumuskan menu-rut proses berpikir yang sistematis, logis, dan metodologis.
Dalam bab penutup ini dimuat pula implikasi dari penelitian yang telah dilakukan dalam bentuk saran-saran atau rekomendasi yang dipandang perlu, baik yang bersifat teoretis maupun praktis, berkaitan dengan pokok masalah yang dibahas. Saran-saran sebaiknya realistis dan argumentatif, sehingga tidak tampak sekadar sebagai daftar usul yang tidak relevan dengan rangkaian penelitian.
3. Bagian Akhir
Bagian akhir karya tulis ilmiah berisi:
a.  Daftar Pustaka
Daftar Pustaka adalah daftar rujukan, baik berupa buku-buku, disertasi, tesis, jurnal, majalah, koran, terbitan khusus, sumber digital, makalah, informan, naskah undang-undang dan peraturan, situs internet, dan sebagainya, yang benar-benar menjadi rujukan dalam menyusun karya tulis ilmiah. Dengan kata lain, yang dimasukkan dalam Daftar Pustaka ini hanyalah rujukan yang dijadikan sebagai sumber bacaan dan kutipan, baik langsung maupun tidak, sebagaimana tercantum dalam karya tulis ilmiah. Oleh karena itu, literatur atau referensi yang tidak dikutip, meskipun berguna bagi penyusunan karya tulis ilmiah, tidak perlu dimasukkan dalam Daftar Pustaka. Namun, jika literatur-literatur seperti itu akan dimasukkan juga dalam Daftar Pustaka, alternatifnya adalah mengklasifikasikan semua rujukan itu menjadi: (1) Rujukan Utama, yakni literatur yang dijadikan sumber kutipan, dan; (2) Rujukan Pelengkap, yakni literatur-literatur yang berguna bagi penyusunan karya tulis ilmiah, tetapi tidak dikutip.
Daftar Pustaka merupakan salah satu persyaratan bagi setiap karya tulis ilmiah. Melalui Daftar Pustaka, pembaca akan dapat dengan mudah mengetahui keseluruhan sumber rujukan yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah, dan dengan demikian, kualitas karya tulis ilmiah tersebut dapat diukur secara objektif. Selain itu, pembaca juga dapat menelusuri lebih jauh validitas uraian lewat Daftar Pustaka yang isinya telah dikutip.
Teknik penulisan Daftar Pustaka dapat dilihat dalam BAB IV tentang teknik penulisan.
b.  Lampiran
Bagian lampiran memuat lembaran data pelengkap yang dipan-dang secara konkret dapat mendukung validitas atau kesahihan suatu uraian, tetapi tidak perlu dimuat, dalam bagian utama karya tulis ilmiah. Lembaran dimaksud bisa berupa dokumen khusus, peta, gambar, foto, grafik, skema, naskah undang-undang dan peraturan, surat resmi atau pribadi, silsilah, model angket, dan sejenisnya. Urutan pemuatan lam-piran ini harus disesuaikan dengan urutan uraian terkait dalam karya tulis ilmiah.
c.  Daftar Riwayat Hidup Penyusun
Daftar ini berisi:
1)  Judul halaman, yakni DAFTAR RIWAYAT HIDUP, diketik simetris di tepi margin atas.
2)  Data riwayat hidup penyusun terdiri atas: nama penyusun, tempat dan tanggal lahir, asal sekolah jenjang terakhir, nama orangtua, istri/anak (kalau ada), riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan (kalau ada), jabatan/pangkat (kalau ada), penghargaan yang pernah diperoleh (jika ada), riwayat/pengalaman organisasi, dan daftar karya tulis (kalau ada).
c.  Transliterasi
Transliterasi adalah penyalinan atau peralihan huruf yang satu ke huruf lainnya. Dalam konteks penyusunan karya tulis ilmiah di ling-kungan UIN Alauddin Makassar, transliterasi lebih berkaitan dengan peralihan huruf Arab ke huruf Latin. Transliterasi diperlukan untuk kemudahan pembacaan sambil tetap memperhatikan perlunya menjaga keutuhan pemahaman terhadap makna kata atau kalimat dari bahasa asal. Tabel transliterasi huruf Arab ke huruf Latin dilampirkan dalam Pedoman ini dan harus digunakan secara konsisten.

BAB IV

 
TEKNIK PENULISAN
Bab ini akan membahas cara-cara penulisan unsur-unsur karya tulis ilmiah yang mencakup pengetikan teks atau bagian tubuh tulisan, catatan kutipan, dan daftar pustaka. Catatan kutipan bisa berbentuk catatan kaki (footnote), catatan akhir (endnote), dan catatan dalam kurung (parenthe-tical note atau in-text citation). Yang diuraikan dalam bab ini hanya ketentuan umum tentang penulisan catatan kutipan dan daftar pustaka. Contoh penulisan yang lebih lengkap dan mendetail untuk berbagai jenis referensi dalam catatan kutipan dan daftar pustaka akan diuraikan pada bab berikutnya (BAB V).
A.      Teks (Bagian Tubuh Tulisan)
1. Pengaturan Margin
a.  Margin kiri dan atas untuk penulisan huruf Latin, serta margin kanan dan atas untuk penulisan huruf Arab, masing-masing selebar 4 (empat) cm dari ujung kertas.
b.  Margin kanan dan bawah untuk penulisan huruf Latin, serta margin kiri dan bawah untuk penulisan huruf Arab, masing-masing selebar 3 (tiga) cm dari ujung kertas.
c.  Baris pertama setiap alinea dimulai setelah 1,25 cm (First Line 1,25 cm) dari margin kiri untuk penulisan huruf Latin dan margin kanan untuk penulisan huruf Arab.
d.  Setiap ketikan kembali ke margin, kecuali enumerasi (penomoran) dan alinea baru.
e.  Setiap lembar kertas hanya digunakan untuk pengetikan satu halaman (tidak timbal balik).
2. Pengaturan Posisi Judul Halaman-halaman Judul:
23
 
a.  Judul dari Halaman Judul, Halaman Pernyataan Keaslian karya tulis ilmiah, Halaman Pengesahan, Daftar Isi, dan Abstrak, ditempatkan secara simetris di tengah halaman bagian atas, 4 (empat) cm dari ujung atas kertas (sama dengan alinea pertama teks pada setiap halaman).
b.  Kata Pengantar, Daftar Tabel, Daftar Ilustrasi, Bab, Daftar Pustaka, dan Glossary ditempatkan secara simetris di tengah halaman bagian atas, 6 cm dari ujung atas kertas (2 cm di bawah posisi alinea pertama teks pada setiap halaman (lihat lampiran).
c.  Semua judul pada “halaman berjudul” diketik dengan huruf kapital (all caps) dan ditebalkan (bold).
3. Jarak Spasi Antarbaris dan Jarak Ketukan Antarkata:
a.  Jarak antara nomor bab dengan judul bab dan antara baris pertama judul bab dengan baris berikutnya (jika lebih dari satu baris) adalah 2 (dua) spasi atau dalam aturan word processor sama dengan exactly 24 pt.
b.  Jarak judul bab dengan subbab (jika langsung diikuti subbab) adalah 4 (empat) spasi (caranya, mengeset kolom spacing subbab menjadi before 12), dan jarak antara judul subbab dengan baris pertama teks adalah 2 (dua) spasi (caranya, mengeset kolom spacing subbab menjadi after 6).
c.  Teks diketik dengan jarak exactly 24 pt (line spacing exactly 24 pt). Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kerapian teks yang menggunakan cam-puran font Latin dan font Arab serta memakai tanda-tanda transliterasi.
d.  Kutipan langsung sepanjang tiga baris atau lebih diketik dengan jarak exactly 12 pt dan dalam format terpisah dari teks biasa. Untuk kutipan teks Arab, baik yang ditulis dengan tangan maupun yang diketik dengan word processor (komputer), tetap memperhatikan ketentuan ini, tetapi dapat menyesuaikan dengan keadaan huruf atau font-nya.
e.  Terjemahan ayat Al-Qur’an, Hadis atau terjemahan dari sumber bahasa asing, diketik dengan jarak exactly 12 pt dalam satu alinea tersendiri.
f.   Jarak baris catatan kaki:
1)  Jika dalam catatan kaki keterangan mencapai 2 (dua) baris atau lebih, maka jarak antara setiap baris adalah exactly 12 pt dengan ukuran font (font size) 10 pt.
2)  Jarak antara baris terakhir suatu catatan kaki dengan baris pertama catatan kaki berikutnya dalam halaman yang sama adalah spacing before 6 pt.
3)  Baris pertama setiap nomor catatan kaki dimulai setelah 1,25 cm dari margin kiri untuk penulisan huruf Latin, dan margin kanan untuk penulisan huruf Arab. Baris kedua dan seterusnya tetap kembali ke margin kiri/kanan.
4)  Nomor untuk catatan kaki ditulis setengah spasi di atas baris pertama setiap catatan kaki atau superscript dalam bahasa word processor.
g.  Abstrak, riwayat hidup, dan keterangan-keterangan lain yang dilampir-kan, diketik dengan jarak exactly 18 pt.
h.  Daftar Pustaka diketik dengan jarak exactly 12 pt dan diakhiri dengan titik. Jarak antara satu item pustaka dengan item berikutnya dalam daftar adalah spacing before 6 pt.
i.   Antara setiap kata dengan kata berikutnya berjarak 1 (satu) ketukan, kecuali karena proses outomatic justification dalam word processor.
B. Kutipan dalam Teks
1.  Kutipan langsung sepanjang dua baris atau kurang dimasukkan ke dalam teks dengan menggunakan tanda kutip (“...”).
2.  Kutipan langsung yang terdiri dari tiga baris atau lebih ditulis ter-pisah dari teks dengan jarak exactly 12 pt dan spacing before 6 pt serta spacing after 6 pt, tanpa tanda kutip dan diketik dengan jarak 1 (satu) cm dari margin kiri. Bila dalam kutipan terdapat alinea baru, maka first lane-nya diketik dengan jarak 1,5 cm dari margin kiri.
3.  Kutipan langsung seperti tercantum dalam butir (1) dan (2) di atas sedapat mungkin tidak lebih dari setengah halaman, kecuali bila karya tulis ilmiah adalah studi teks yang harus mengutip teks asli secara lengkap dan membutuhkan tempat kutipan yang lebih banyak.
4.  Untuk menunjukkan adanya bagian tertentu dari teks yang dilangkahi atau dibuang dalam kutipan (misalnya karena tidak relevan dengan uraian), maka digunakan tanda elipsis, yaitu tiga titik yang diantarai oleh spasi ( … ). Jika bagian dari teks yang dihilangkan/dilangkahi berada pada bagian akhir kutipan, maka tanda elipsis diakhiri dengan titik, jadi seluruhnya menjadi 4 (empat) titik ( …. ). (Pada program word processor, misalnya MS-Word, elipsis ini dibuat dengan menekan tombol [Ctrl] dan [Alt] secara bersamaan, lalu menekan tombol titik [Ctrl+Alt+.].
5.  Kalau teks yang dilangkahi itu 1 (satu) alinea atau lebih, maka digunakan elipsis sepanjang 1 (satu) baris penuh. Jika sebelum alinea yang dilangkahi itu masih ada bagian alinea sebelumnya yang ikut dilangkahi, maka bagian yang dilangkahi itu ditandai dengan 1 (satu) elipsis. Contohnya:


Para pejabat pemerintahan kita sekarang ini bisa disama-kan kedudukannya dengan para manager di Amerika Serikat. Mereka harus bisa mengejar target dengan tidak memper-dulikan pengembangan kelembagaan yang dewasa ini belum berkembang sebagai organisasi modern …
………………………………..…………………………….…
Erat kaitannya dengan proses pelembagaan ini terutama yang berkaitan dengan pelembagaan nilai, maka harus dicip-takan kondisi objektif yang mendorong terwujudnya kesa-tuan antara nilai, sikap, dan perbuatan.1

 
 







6.  Jika sebelum kalimat yang dilangkahi itu terdapat tanda baca, maka tanda baca itu diletakkan persis sesudah huruf terakhir sebelum kalimat yang dilangkahi. Demikian juga bila bila terdapat tanda baca sesudah kalimat yang dilangkahi, maka tanda baca itu diletakkan sesudah tanda elipsis. Misalnya: (;…) dan (…;).
7.  Kutipan tidak langsung atau saduran diketik dengan jarak exactly 24 pt dan marginnya sama dengan margin teks biasa. Di akhir setiap kalimat atau alinea saduran, diberi nomor catatan kaki. Contohnya dapat dilihat pada halaman berikut:






Nurcholish Madjid mengakui bahwa cukup sulit untuk memberikan gambaran tentang pemikiran Islam Indonesia dalam kaitannya dengan Islam secara menyeluruh. Hal itu disebabkan karena kurangnya data yang dapat mewakili semua aspek yang akan digambarkan. Karena itulah, dia menyatakan bahwa apa yang dia kemukakan itu hanya terbatas pada aspek-aspek yang disepakati sebagai gambaran. Ini berarti bahwa kita harus mencari kenyataan pemikiran Islam yang dapat dikatakan mewakili Islam, tetapi pada waktu yang sama juga mempunyai kaitan yang nyata dengan pemikiran Islam secara global.1
 
 











Saduran ini berasal dari teks buku Nurcholish Madjid, Islam Agama Kemanusiaan: Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam Indonesia (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 1995), h. 23. Kalau alinea ini dikutip secara langsung, maka bentuknya sebagai berikut:


Membahas potret pemikiran Islam Indonesia dalam kon-teks Islam universal memang menyulitkan, karena diper-lukan perangkat yang cukup lengkap dan yang mampu mewakili semua segi obyek pemotretan itu. Dalam keadaan metodologis yang sulit itu, konstribusi ini terpaksa mem-batasi diri pada segi-segi yang akan secara sempit dapat disebut sebagai “potret”, yaitu melihat wujud-wujud nyata dunia pemikiran Islam yang sedapat mungkin “khas” Indo-nesia, tapi yang sekaligus dengan jelas menunjukkan kon-teksnya dengan dunia Islam pada umumnya, atau dengan pemikiran Islam yang telah mendunia (universal).1

 
 








8.  Sumber yang masih menggunakan ejaan lama, dikutip sesuai aslinya pada kutipan langsung.
9.  Kalau ada kesalahan pada teks asli yang dikutip, maka kesalahan itu harus ditunjukkan dengan menyisipkan kata sic yang ditulis dalam kurung siku [sic], yang memberi petunjuk kepada pembaca bahwa demikianlah yang tertulis pada teks aslinya walaupun mungkin itu tidak benar. Akan tetapi, dapat juga diberikan perbaikannya di antara kurung siku […] yang diletakkan persis sesudah teks yang dianggap tidak benar. Contohnya:


Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1954 [sic].
 
 



Atau:


Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1954 [1945].
 
 



10.  Kutipan dari bahasa asing, sebaiknya diterjemahkan kemudian diulas dan, jika perlu, dikomentari.
11.  Pengutipan ayat Al-Qur’an menggunakan rasm Usmany dengan cara menuliskan sumbernya dalam teks (dimulai dengan singkatan Q.S. yang diikuti secara berurutan dengan nama surah, garis miring, nomor surah, titik dua, dan nomor ayat, lalu titik) mendahului ayat yang dikutip. Contohnya:


… Allah berfirman dalam Q.S. Ali Imran/3: 104.
 
 


Kutipan ayat Al-Qur’an, baik kurang dari satu baris atau lebih ditulis terpisah dari teks tanpa menggunakan tanda kutip. Di akhir ayat yang dikutip, ditulis nomor ayatnya dalam huruf Arab yang ditempatkan dalam kurung. Contohnya:


وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُوْنَ إلىَ الْخَيْرِ(104)
 
 


Terjemahan ayat Al-Qur’an, walaupun hanya terdiri dari satu baris saja, ditulis terpisah dari teks dalam satu alinea tersendiri, dengan jarak baris exactly 12 pt dan spacing before 6 pt serta spacing after 6 pt, diketik dengan jarak 1 (satu) cm dari margin kiri. Terjemahan ayat yang dikutip diberi nomor catatan kaki dan dianjurkan mengutip dari terjemahan resmi Departemen Agama R.I., Al-Qur’an dan Terjemahannya (dalam berbagai edisi), kecuali karena tujuan lain sesuai konteks penelitian, bisa mengutip dari karya terjemahan lainnya.
12.  Aturan penulisan kutipan teks Arab dari kitab-kitab hadis mengi-kuti aturan penulisan ayat Al-Qur’an kecuali bahwa sumber hadis terkait, dalam hal ini mukharrij-nya, dituliskan sesudah teks hadis, kemudian diberi nomor catatan kaki. Sama halnya dengan terje-mahan Al-Qur’an, terjemahan hadis dituliskan secara terpisah dalam satu alinea tersendiri dengan aturan jarak seperti terjemahan ayat Al-Qur’an di atas. Jika terjemahan merupakan suatu kutipan, ia harus diberi nomor catatan kaki, di mana nama penerjemah serta data sumber rujukannya disebutkan.
Contohnya:


عن ابى هر يرة  رضي الله عنه قال ، قال رسـول الله صلى الله عـليه وسـلم يقـول الله تعالى: أنا عـند ظـن عـبدى بى   و أنا معـه  إ ذا ذكر نى، فـإ ن ذكر نى فى نفسـه ذكـر ته فـى نـفسى، فـإ ن ذكر نى فى مـلأ ذكر ته فى مـلأ جـير مـنهم، وان تقـرب الىّ شبـرا تقربت اليه ذ راعا، وان تقـرب الىّ ذ راعا تقـربت اليه باعا وان آتا نى يمشى آتيتـه هـرولة (رواه .........)1

 
 




13.  Jika dari ayat Al-Qur’an atau hadis yang telah dikutip diberi penje-lasan sehingga perlu penulisan ulang dalam format teks biasa, maka kata, frasa, ataupun klausa yang diperlukan dapat ditulis ulang, tanpa menulis ulang sumbernya.
14.  Ayat-ayat yang dipergunakan tanpa teks asli atau diketik dengan transliterasi harus dihimpun dalam sebuah daftar lampiran.
15.  Kutipan yang terdiri dari satu baris atau kurang dari sumber naskah non-Latin yang penulisannya dari kiri ke kanan (seperti buku-buku yang menggunakan huruf Bugis/Makassar), diketik ke dalam teks dengan menggunakan tanda kutip (“…”), diberi nomor catatan kaki dan terjemahan. Jika bagian yang dikutip lebih dari satu baris maka kutipan tersebut diketik terpisah dari teks, dengan jarak exactly 12 pt dan spacing before 6 pt serta spacing after 6 pt, diketik dengan jarak 1 (satu) cm dari margin kiri dan diberi nomor catatan kaki. Terjemahannya juga dipisahkan dari teks, dengan jarak baris exactly 12 pt dan spacing before 6 pt serta spacing after 6 pt, diketik dengan jarak 1 (satu) cm dari margin kiri dan diberi catatan kaki.
C. Catatan Referensi (Footnote, Endnote, dan In-text Citation): Ketentuan Umum
1. Footnote (Catatan Kaki)
a.  Catatan kaki, atau dikenal dengan istilah footnote, adalah keterangan tambahan yang terletak di kaki/dasar halaman dan dipisahkan dari teks oleh sebuah garis (separator) sepanjang 20 (dua puluh) karakter atau 5 (lima) cm menurut default Microsoft Word.
Catatan kaki memiliki empat tujuan utama:
1)  Menjelaskan referensi bagi pernyataan dalam teks (biasa disebut catatan kaki sumber atau reference footnote). Yang dikutip bisa mencakup fakta-fakta khusus, pendapat, atau ungkapan langsung dari otoritas yang karya-karyanya menjadi rujukan dalam karya tulis ilmiah.
2)  Menjadi ruang bagi penulis untuk memberikan komentar-komentar insidental yang dipandang penting tentang, atau menegaskan dan menilai, pernyataan-pernyataan yang dibicarakan dalam teks. Ring-kasnya, catatan kaki menjadi tempat di mana penulis menjelaskan hal-hal yang dipandang layak dimasukkan, tetapi mungkin dapat mengganggu alur pemikiran jika disebutkan, dalam teks.
3)  Menunjukkan referensi silang (cross-references) atau sumber lain yang membicarakan hal yang sama (biasa disebut catatan kaki isi atau content footnote). Jenis catatan kaki ini biasanya menggunakan kata-kata: “Lihat …,” “Bandingkan …,” dan “Uraian lebih lanjut dapat dilihat dalam …,” dan sebagainya. Diperlukan konsistensi dan ketepatan dalam penggunaan ungkapan-ungkatan tersebut. Dianjur-kan penggunaan catatan kaki untuk tujuan ini tidak berlebihan agar tidak menimbulkan kesan pamer literatur.
4)  Menyatakan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak tertentu yang terkait dengan sebuah penyataan atau kutipan dalam teks. Misalnya, mereka yang membantu penulis memahami sebuah konsep, menda-patkan literatur yang sedang dikutip, menerjemahkan sebuah teks, dan sebagainya. Penggunaan catatan untuk tujuan ini hendaknya juga diupayakan seminimal mungkin.
b.  Setiap catatan kaki harus bermula pada halaman yang sama, yang ia tempati merujuk. Akan tetapi, jika terlalu panjang, maka separuh bagian catatan kaki mungkin akan melompat ke dasar halaman berikutnya. Walaupun begitu, jika menggunakan word processor di komputer, peralihan ini biasanya diatur secara otomatis. Catatan kaki sebaiknya tidak melebihi sepertiga halaman.
c.  Untuk menghemat waktu dan tempat serta menjaga kerapian penulisan teks, sebaiknya meminimalkan pencatuman nomor kutipan dalam teks. Misalnya, dalam satu alinea yang terdiri atas beberapa kutipan (dengan referensi berbeda), satu nomor rujukan yang mengikuti akhir kalimat atau alinea kutipan terakhir sudah memungkinkan semuanya untuk dicakup dalam satu catatan.
d.  Cara penulisan catatan kaki adalah sebagai berikut:
1)  Antara baris terakhir teks dalam sebuah halaman dengan nomor catatan kaki diberi garis pembatas (separator) sepanjang 20 (dua puluh) karakter atau 5 (lima) cm menurut default Microsoft Word.
2)  Catatan kaki ditempatkan berdasarkan urutan numerik dengan diberi nomor sesuai dengan nomor pernyataan terkait dalam teks. Urutan penomoran bermula pada setiap awal bab (bukan kelanjutan nomor catatan kaki terakhir di bab sebelumnya). Nomor catatan kaki diketik dengan posisi font lebih tinggi dari huruf catatan kaki (superscript) dengan jarak 1,25 cm dari margin kiri yang langsung diikuti oleh catatan kaki. Contohnya:


1Fazur Rahman, Islam (New York: Anchor Books, 1968), h. 21.
 
 


3)  Jarak baris kedua dan baris-baris selanjutnya dari tiap catatan kaki sejajar dengan atau kembali ke awal margin kiri. Contohnya:


2Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas: Studi atas Pemikiran Hukum Fazlur Rahman (Bandung: Mizan, 1989), h. 155.
 
 



4)  Jarak baris terakhir sebuah catatan kaki dengan baris pertama catatan kaki berikutnya adalah spacing before 6 pt. Jika pengetikan menggu-nakan word processor seperti MS-Word, sistem penulisan garis pem-batas, penomoran, spasi dan jarak margin, dan spasi antar catatan kaki ini sudah diatur secara otomatis.
5)  Nama pengarang dalam catatan kaki tetap seperti tercantum dalam karyanya. Tidak ada “pembalikan” nama seperti dalam Daftar Pustaka.
6)  Pada catatan kaki harus disebutkan halaman buku yang dikutip dengan menggunakan singkatan h., baik untuk satu halaman maupun lebih. Contohnya: h. 55-67; bukan hh. 55-67.
7)  Istilah Ibid. (singkatan dari ibidem) dengan tulisan miring atau italic (atau garis bawah dalam pengetikan manual) digunakan untuk merujuk kepada sumber yang sama dengan yang telah disebutkan sebelumnya tanpa ada sumber kutipan lain yang mengantarainya (baik halaman kutipan sama dengan sebelumnya atau tidak). Jika halaman yang dikutip sama, maka nomor halaman tidak dicantumkan lagi. Kalau kata ibid. terletak di awal catatan kaki, huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital (Ibid.), sedang bila terletak di tengah kalimat, misalnya sesudah kata-kata “Disadur dari,” maka huruf pertamanya ditulis dengan huruf kecil (ibid). Dalam bahasa Arab ibid diartikan menjadi نفـس المـرجع.
9)  Istilah op. cit. (singkatan dari opera citato) (dalam bahasa Arab, المـر جع السابق) yang juga ditulis miring dan diberi spasi (op. cit., bukan op.cit.) merujuk kepada sumber yang sama yang telah disebut terdahulu, tetapi diantarai oleh sumber lain yang tidak sama halamannya. Istilah ini (op. cit.) digunakan sesudah menyebutkan nama pengarang. Jika halaman yang dikutip sama, maka digunakan istilah loc. cit. (sing-katan dari loco citato) (dalam bahasa Arab (نفـس المـكا ن). Contoh:


14Muh}ammad ‘Ali> al-S{a>bu>ni>, al-T{ibya>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Cet. I; Beirut: ‘Alam al-Kutub, 1985), h. 22.
15Ronny Ngatijo Sumitro, Metodologi Penelitian Hukum (Cet. I; Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), h. 35.
16Ibid., h. 40.
17Muh}ammad ‘Ali> al-S{a>bu>ni>, op. cit., h. 30.
18Ronny Ngatijo Sumitro, loc. cit.
 
 






10)  Kalau ada dua karya atau lebih dari seorang penulis dipergunakan dalam sebuah bab, maka singkatan op. cit. atau loc. cit tidak dapat digunakan. Penggantinya adalah mencantumkan potongan singkat judul karya yang dikutip yang menjadi sandi untuk masing-masing karya tersebut. Contoh (lanjutan dari contoh di atas):


19Muh}ammad ‘Ali> al-S{a>bu>ni>, Rawa>i‘u al-Baya>n fi> Tafsi>r al-Ah}ka>m min al-Qur’a>n, Jilid I (t.t.: Da>r al-Fikr, t.th.), h. 57.
20Muh}ammad ‘Ali> al-S{a>bu>ni>, al-T{ibya>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Cet. I; Beirut: ‘Alam al-Kutub, 1985), h. 22.
21Ronny Ngatijo Sumitro, loc. cit.
22Muh}ammad ‘Ali> al-S{a>bu>ni>, Rawa>i‘u, h. 54.
23 Ronny Ngatijo Sumitro, op. cit., h. 22.
24‘Ali> al-S{a>bu>ni>, al-T{ibya>n, h. 23.
 
 







Dalam catatan kaki no. 22 di atas, kata Rawa>>i‘u adalah sandi untuk membedakan referensi dari buku al-S{a>bu>ni> lainnya yang juga dikutip sebagaimana disebutkan dalam catatan kaki no. 14, 20, dan 24, yaitu al-T{ibya>n.
11)  Jika pengarang yang sama muncul secara berurutan, baik dalam nomor catatan kaki yang berbeda atau dalam catatan kaki yang sama, tetapi dengan judul referensi yang berbeda, maka nama pengarang untuk karya berikutnya tidak perlu disebut lagi, tetapi diganti dengan kata idem (ditulis miring, yang berarti “yang sama”). Contohnya:


25Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual: Refleksi Sosial Seorang Cende-kiawan Muslim (Cet. XI; Bandung: Mizan, 1999), h. 45-54.
26Idem, Islam Alternatif: Ceramah-ceramah di Kampus (Cet. I; Bandung: Mizan, 1986), h. 11. Tentang pentingnya mendahulukan penegakan akhlak mulia ketimbang menonjolkan perbedaan karena alasan fikih, lihat, idem, Dahulukan Akhlak di atas Fikih (Cet. III; Bandung: Muthahhari Press, 2003), khususnya bab II.
 
 







12)  Setelah judul referensi yang dikutip, unsur lain yang harus disebut-kan adalah data penerbitannya yang mencakup tempat penerbitan (biasanya nama kota), nama penerbit, dan tahun penerbitan. Ketiga unsur yang disebut terakhir ini ditempatkan di dalam kurung. Keterangan tempat terbit dengan nama penerbit diantarai oleh tanda titik dua (:), sementara antara nama penerbit dengan tahun pener-bitan diantarai oleh tanda koma (,).
13)  Jika satu atau seluruh data penerbitan tidak disebutkan atau tidak diketahui, maka digunakan singkatan-singkatan berikut:
[t.d.]   jika sama sekali tidak ada data yang tercantum;
[t.t.]    jika tempat penerbitan tidak ada;
[t.p.]   jika nama penerbit tidak ada;
[t.th.]  jika tahun penerbitan tidak ada.
Dalam rujukan berbahasa Inggris, singkatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
[n.p.]  yang berarti no place of publication atau no publisher (tidak ada data tempat terbit dan nama penerbit);
[n.d.]  yang berarti no date of publication (tidak ada data tahun terbit).
2. Endnote (Catatan Akhir)
Endnote atau catatan akhir adalah catatan referensi yang diletakkan di akhir suatu karya tulis ilmiah, sebelum Daftar Pustaka. Pada dasarnya, teknik penulisan endnote persis sama dengan footnote. Demikian pula, ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk footnote, juga berlaku untuk endnote, termasuk ketentuan untuk penulisan Daftar Pustaka. Perbedaannya, endnote diletakkkan di bagian akhir suatu karya tulis ilmiah. Dalam pengetikan menggu-nakan word processor di komputer, konversi catatan kaki (footnote) menjadi catatan akhir (endnote) secara otomatis mudah dilakukan. (Contoh-contoh teknik pencatatan untuk berbagai jenis referensi, baik footnote maupun endnote, secara rinci diuraikan pada BAB V).
3.  Parenthetical Reference atau In-text Citation
a.  Parenthetical Reference, atau dalam bahasa Indonesia biasa disebut “catatan dalam kurung”, berfungsi untuk menunjukkan referensi dari sebuah pernyataan yang disebutkan dalam teks, baik itu merupakan saduran atau kutipan langsung. Parenthetical reference diletakkan di dalam teks dan diapit oleh tanda kurung. Secara umum, informasi yang perlu disebutkan adalah nama akhir pengarang, tahun terbit karangannya, dan nomor halaman. Antara tahun penerbitan karangan dan halaman yang dikutip dibubuhi tanda koma (,). Contohnya:


… kita harus mencari kenyataan pemikiran Islam yang dapat dikatakan mewakili Indonesia, namun pada waktu yang sama juga mempunyai kaitan yang nyata dengan pemikiran Islam secara umum (Madjid 1995, 23).
 
 






b.  Jika, misalnya, ada dua buku atau lebih karya dari penulis yang sama (misalnya, Nurcholish Madjid dalam contoh di atas) yang dikutip dan kebetulan diterbitkan pada tahun yang sama, maka penulisan tahun diberi kode dengan huruf kecil, misalnya (a), (b), dan seterusnya. Contoh:


… (Madjid 1995a, 27).
… (Madjid 1995b, 23).

 
 



c.  Bila karya tulis yang dikutip itu terdiri dari beberapa jilid, volume atau juz, maka nomor jilid, volume atau juz dari buku yang dikutip ditulis setelah tahun, diikuti oleh titik dua, lalu nomor halaman. Contohnya:


… (al-Zuh}aili> 1991, 11: 98).

 
 


d.  Sementara itu, dalam hal pengutipan artikel atau entri ensiklopedi, maka nomor jilid ditulis setelah tahun terbit, diikuti oleh titik dua (;), kemudian seluruh halaman yang membahas artikel atau entri tersebut, meskipun yang dikutip itu hanya satu halaman. Contohnya:


… (Edgel 1979, 3: 796-800).

 
 



e.  Jika rujukan bersumber dari buku suntingan atau risalah (proceeding), maka yang ditulis adalah nama penulis asli bukan nama penyuntingnya, jika rujukan diambil dari dokumen-dokumen resmi seperti Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Garis-garis Besar Haluan Negara, Peraturan Daerah, Surat Keputusan dan koran, maka nama sumber ditulis sebagai pengganti nama penulis. Misalnya:


Pemberian obat meningkatkan….. (Darise dan Kadir, 1973).
Hal ini telah diteliti sebelumnya (Saad, dkk, 2003).
Perkawinan adalah …(Pemerintah Republik Indonesia, 1974).
Inflasi ternyata naik mendekati angka dua digit (Kompas, 2 September 2004).
 
 








f.   Untuk daftar pustaka bagi karya tulis ilmiah yang menggunakan Paren-thetical Reference (yang biasa disebut, Reference List atau daftar refe-rensi), berlaku ketentuan khusus dengan memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan jumlah buku yang dikutip dari seorang pengarang, demikian juga dengan referensi yang berjilid sebagaimana yang dise-butkan di atas. (Contoh-contoh teknik penulisan catatan untuk berbagai jenis referensi dalam bentuk Reference List diuraikan pada BAB V).
D.      Daftar Pustaka
1.  Jumlah kepustakaan skripsi minimal 20 (dua puluh) buah dan paling sedikit tiga literatur berbahasa asing yang merupakan sumber utama penulisan skripsi. Untuk tesis, minimal 50 (lima puluh) dan disertasi 70 (tujuh puluh).
2.  Daftar Pustaka disusun berdasarkan urutan abjad dari awal nama terakhir pengarang setiap karya rujukan. Nama pengarang yang dimaksud mencakup nama orang, badan, lembaga, organisasi, panitia, dan sebagainya yang menyusun karangan itu. Contohnya:


Amal, Taufik Adnan. Rekonstruksi Sejarah Al-Quran. Yogyakarta: FKBA, 2001.
Bagir, Haidar. Buku Saku Filsafat Islam. Bandung: Arasy, 2005.
Capra, Fritjof. The Turning Point: Science, Society, and the Rising Culture. Toronto: Bantam Books, 1983.
Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES, 1982.
H{asan, Ibra>him H}asan. Ta>ri>kh al-Isla>m. Juz 1, Kairo: Maktabah al-Nahd}ah al-Mis}riyyah, 1964.
 
 









3.  Data pustaka diketik dari margin kiri dan jika lebih dari satu baris, maka baris kedua diatur menjorok ke dalam (indent) sepanjang 1,25 cm.
4.  Seperti halnya dalam catatan kaki, catatan akhir dan catatan dalam kurung, pangkat dan gelar akademik tidak perlu dicantumkan dalam daftar pustaka.
5.  Nama penulis yang lebih dari satu kata, ditulis nama akhirnya diikuti dengan tanda koma, kemudian nama depan yang diikuti dengan nama tengah dan seterusnya, contohnya:
Taufik Adnan Amal, ditulis: Amal, Taufik Adnan
Budi Munawar-Rachman, ditulis: Rachman, Budi Munawar
W. Montgomery Watt, ditulis: Watt, W. Montgomery
6.  Huruf al-” pada nama akhir penulis yang menggunakan alif lam marifah tidak dihitung sebagai huruf (A) menurut urutan abjad dalam daftar pustaka. Yang dihitung adalah huruf sesudahnya, contohnya:
Muh}ammad ibn Idri>s al-Sya>fii> diletakkan dalam kelompok huruf S dan ditulis: al-Sya>fii>, Muh}ammad ibn Idri>s.
7.  Nama penulis yang menggunakan singkatan, ditulis nama akhir yang diikuti tanda koma, kemudian diikuti dengan nama depan lalu nama berikutnya, contohnya:
William D. Ross Jr, ditulis: Ross, William D. Jr. (Jr = Junior/Muda)
8.  Pada dasarnya, unsur-unsur yang harus dimuat dalam kepustakaan sama dengan unsur-unsur dalam catatan kaki dan catatan akhir, kecuali berbeda untuk beberapa hal berikut:
a.  Nama penulis yang disesuaikan dengan sistem penulisan katalog dalam perpustakaan, yaitu menyebutkan nama akhir penulis lebih dahulu (jika ada dua atau lebih) seperti disebutkan pada poin (2) di atas.
b.  Nama pengarang dalam kepustakaan ditulis mulai dari awal margin kiri, sedang baris berikutnya dimulai setelah 1,25 cm dari margin kiri. Jarak baris dalam kepustakaan adalah exactly 12 pt.
c.  Antara baris terakhir suatu kepustakaan dengan nama pengarang berikutnya berjarak spacing before 6 pt.
d.  Nomor halaman dari referensi yang dikutip tidak lagi disebutkan dalam daftar pustaka.
e.  Tanda koma (,) yang mengantarai nama pengarang dan judul karangan-nya dalam catatan kaki/akhir, diganti menjadi tanda titik dalam daftar pustaka.
f.   Tanda kurung yang mengapit keterangan tentang nomor cetakan, tempat terbit, nama penerbit dan tahun penerbitan dalam catatan kaki/akhir, diganti menjadi tanda titik (.) dalam daftar pustaka.
9.  Secara umum, daftar referensi (Reference List) untuk catatan dalam kurung (Parenthetical Reference) mencantumkan unsur-unsur berikut: nama pengarang, tahun terbit, judul buku referensi (huruf italic), volume, juz atau jilid, tempat penerbit, dan nama penerbit.
Contohnya:




al-Zuh}ai>li>, Wahbah. 1991. Al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Syari>‘ah wa al-Manh}aj, juz. 11. Beirut: Da>r al-Fikr al-Mu‘a>s}ir.
Edgel, Beatrice. 1979. “Conception.” Dalam James Hastings, ed. Encyclopedia of Religion and Ethics, vol. 3. New York: Charles Shcribner’s Son.
 
 






Perbedaan mendasar Daftar Referensi (reference note) dengan Daftar Pustaka (bibliography) adalah karena pada yang disebut pertama, tahun penerbitan diletakkan persis setelah nama pengarang.
10.  Jika ada dua atau lebih karya tulis dari pengarang yang sama, maka karya dengan tahun penerbitan paling awal ditempatkan lebih awal dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Dalam penulisan karya berikutnya dari penulis yang sama dalam daftar pustaka, nama penulis tidak perlu lagi disebutkan, tetapi diganti dengan baris bawah sepanjang 7 (tujuh) karakter yang ditutup dengan tanda titik (.). Contohnya:


al-Zuh}ai>li>, Wahbah. Al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al-Syari>‘ah wa al-Manh}aj, juz. 11. Beirut: Da>r al-Fikr al-Mu‘a>s}ir, 1991.
Nasution, Harun. Falsafah dan Mistisisme dalam Islam. Cet. 2; Jakarta: Bulan Bintang, 1978.
_______. Teologi Islam: Aliran-aliran, Sejarah, dan Analisa Perbandingan. Cet. 5; Jakarta: UI Press, 1986.
_______. Falsafat Agama. Cet. 8; Jakarta: Bulan Bintang, 1991.
 
 









11.  Contoh-contoh teknik pencatatan untuk berbagai jenis referensi dalam bentuk Daftar Pustaka diuraikan pada bab selanjutnya, yakni BAB V.

BAB V

 
CONTOH-CONTOH JENIS REFERENSI
DAN TEKNIK PENULISANNYA DALAM CATATAN KUTIPAN
DAN DAFTAR PUSTAKA
A.      Penjelasan Umum
Dalam bab ini diberikan contoh lengkap berbagai jenis referensi yang biasanya digunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah serta teknik penulisannya dalam bentuk catatan kaki (footnote), catatan dalam kurung (parenthetical reference atau in-text citation), daftar pustaka (bibliography) untuk karya tulis ilmiah yang menggunakan sistem catatan kaki atau daftar referensi (reference list) untuk karya tulis ilmiah yang menggunakan catatan dalam kurung.
Contoh-contoh penulisan jenis referensi di atas akan diilustrasikan dalam bentuk singkatan-singkatan berikut:
CK     :    Catatan Kaki (Footnote)
DP     :    Daftar Pustaka (Bibliography)
CDK   :    Catatan Dalam Kurung (Parenthetical Reference)
DR      :    Daftar Referensi (Reference List)
Selain itu, beberapa singkatan yang akan digunakan secara khusus dalam teks referensi perlu dijelaskan kepanjangannya di sini:
40
 
ed.       :  Editor (atau, eds. [dari kata editors] jika lebih dari satu orang editor). Karena dalam bahasa Indonesia kata “editor” berlaku untuk satu atau lebih editor, maka ia bisa saja tetap disingkat ed. (tanpa s). Dalam catatan kaki/akhir, kata ed. tidak perlu diapit oleh tanda kurung, cukup membubuhkan tanda koma (,) antara nama editor (terakhir) dengan kata ed. Tanda koma (,) yang sama juga mengantarai kata ed. dengan judul buku (menjadi: ed.,). Dalam daftar pustaka, tanda koma ini dihilangkan. Singkatan ed. dapat ditempatkan sebelum atau sesudah nama editor, tergantung konteks pengutipannya. Jika diletakkan sebelum nama editor, ia bisa juga ditulis panjang menjadi, “Diedit oleh....”
et al.    :  “Dan lain-lain” atau “dan kawan-kawan” (singkatan dari et alia). Ditulis dengan huruf miring. Alternatifnya, digunakan singkatan dkk. (“dan kawan-kawan”) yang ditulis dengan huruf biasa/tegak. Yang mana pun yang dipilih, penggunaannya harus konsisten.
Cet.     :  Cetakan. Keterangan tentang frekuensi cetakan sebuah buku atau literatur sejenis biasanya perlu disebutkan karena alasan tertentu, misalnya, karena karya tersebut telah dicetak lebih dari sekali, terdapat perbedaan penting antara cetakan sebelumnya dalam hal isi, tata letak halaman, dan nama penerbit. Bisa juga untuk menun-jukkan bahwa cetakan yang sedang digunakan merupakan edisi paling mutakhir dari karya yang bersangkutan.
Terj.    :  Terjemahan (oleh). Singkatan ini juga digunakan untuk penulisan karya terjemahan yang tidak menyebutkan nama penerjemahnya.
vol.      :  Volume. Biasanya dipakai untuk menunjukkan jumlah jilid sebuah buku atau ensiklopedi dalam bahasa Inggris. Untuk buku-buku berbahasa Arab biasanya digunakan kata juz.
no.       :  Nomor. Digunakan untuk menunjukkan jumlah nomor karya ilmiah berkala seperti jurnal, majalah, dan sebagainya.
B. Buku
1. Pengarang Tunggal


 









2. Dua Pengarang


 









3. Tiga Pengarang


 








4. Lebih dari Tiga Pengarang







 












5. Tanpa Pengarang (yang disebutkan)

 








6. Buku yang Dikarang oleh Sebuah Lembaga, Organisasi, Asosiasi, dan Sejenisnya


 











7. Editor yang Bertindak Sebagai Pengarang atau Penyusun Buku


 





8. Buku Terjemahan


 












Alternatif lain adalah langsung menyebutkan judul buku hasil terje-mahan dalam kurung yang diketik dengan huruf miring (italic) dan diletakkan persis setelah judul asli buku yang bersangkutan, sekalipun judul terjemahan itu tidak sepenuhnya merupakan terjemahan lang-sung judul asli. Contohnya:








 














Jika judul (dalam bahasa) asli tidak ditemukan, cukup menyebutkan saja judul terjemahan setelah nama penulis buku, disusul nama penerjemah dan data penerbitan.
9. Kumpulan Karya Tulis (collected works) Seorang Penulis yang Diedit Menjadi Buku oleh Orang Lain


 











10. Buku dengan Satu Pengarang tetapi dalam Beberapa Volume/Jilid


 








Contoh lain:


 












11. Buku dengan Edisi Penerbitan yang Baru, Direvisi atau Diperluas
Informasi tentang perubahan edisi buku secara signifikan dari edisi sebelumnya biasanya disebutkan di halaman judul atau halaman hak cipta buku, misalnya, dengan menyebutkan kata: Edisi Revisi (Inggris: Revised, disingkat rev.), Edisi yang Diperluas (Inggris: Enlarged, disingkat enl.), Edisi Baru, Edisi Kedua, dan sebagainya. Karena itu, harus diingat, daftar frekuensi cetakan buku tersebut dengan tanggal pencetakannya masing-masing bukanlah petunjuk tentang kebaruan edisi buku yang bersangkutan. Contohnya:


 













12. Contoh Buku yang Muncul dengan Edisi Baru:


 

















13. Buku dalam Sebuah Seri Penerbitan yang Menyebutkan Nama Editornya


 














14. Buku yang Menyebutkan Penulis Kata Pengantar (Introduction), Prakata (Foreword), dan Pendahuluan (Preface)
16Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas: Studi Atas Pemikiran Hukum Fazlur Rahman, dengan kata pengantar oleh Jalaluddin Rakhmat (Bandung: Mizan, 1989), h. 155.
 
CK

 
Jika dipandang memiliki alasan akademik yang signifikan, nama penulis/pemberi kata pengantar dan sejenisnya dalam sebuah buku bisa disebutkan dalam catatan dan daftar pustaka.




 









15. Tulisan Seorang Pengarang yang Menjadi Bagian dari Buku yang Ditulis/Diedit oleh Orang Lain

 













16. Tulisan Seorang Pengarang yang Menjadi Bagian dari Buku yang Diedit oleh Pengarang yang Sama


 









17. Kata Pengantar dan Sejenisnya untuk Buku yang Ditulis oleh Orang Lain



 











18. Buku yang Menjadi Sumber Sekunder/Kedua dari Kutipan (sebagai Hamisy)


 















Contoh lain jika data penerbitan buku primer tidak diketahui:





 















C. Artikel dalam Jurnal dan Majalah
1. Artikel dalam Sebuah Jurnal





 



















2. Artikel dalam Sebuah Majalah dengan Mencantumkan Nama Pengarang


 

















3. Artikel dalam Sebuah Majalah yang Tidak Mencantumkan Nama Pengarang





 










4. Laporan, Liputan, Berita, dan sejenisnya
Jika data yang diperoleh dari sebuah majalah bukan berupa artikel (dengan atau tanpa penulis) tapi berupa berita, lipuran, laporan hasil investigasi, liputan khusus, dsb, maka unsur tambahan yang perlu disebutkan adalah judul (ditulis dalam tanda petik) dan jenis data atau informasi dalam majalah tersebut (ditulis dalam kurung).


 













5. Majalah yang Dikutip Berulang-ulang
Jika penulis telah menggunakan kutipan majalah atau terbitan berkala lainnya dalam periode yang cukup lama, maka dalam daftar pustaka, yang disebutkan adalah judul majalah dan tanggal penerbitan yang menunjukkan periode terbitan yang dijadikan sumber kutipan.


 




D.      Artikel dalam Ensiklopedi
1. Artikel yang Nama Penulisnya Disebutkan


 















2. Artikel yang Nama Penulisnya Tidak Disebutkan


 















E. Surat Kabar
1. Artikel yang Nama Penulisnya Disebutkan


 











2. Berita, Laporan Investigatif, Liputan, dan Sejenisnya
Jika data yang diperoleh dari sebuah surat kabar bukan berupa artikel (dengan atau tanpa penulis) tapi berupa berita, laporan hasil investigasi, liputan khusus, dsb, maka unsur tambahan yang perlu disebutkan adalah judul (ditulis dalam tanda petik) dan jenis data atau informasi dalam surat kabar tersebut (misalnya, berita) yang ditulis dalam kurung, nama surat kabar, dan tanggal penerbitan.


 










3. Surat Kabar yang Dikutip Berulang-ulang
Jika penulis telah menggunakan kutipan dari satu surat kabar dalam periode waktu yang cukup lama, maka dalam daftar pustaka dan daftar referensi, yang disebutkan adalah judul surat kabar dan tanggal penerbitan yang menunjukkan periode terbitan yang dijadikan sumber kutipan.


 





Contoh lain untuk tahun yang berbeda:


 





F. Tinjauan Buku
1. Tinjauan Buku (Book Review) dalam Sebuah Jurnal


 
















2. Tinjauan Buku dalam Sebuah Surat Kabar


 













G.      Wawancara
1. Wawancara yang Diterbitkan
Biasanya, wawancara yang diterbitkan dalam sebuah jurnal, majalah atau surat kabar diberi judul. Karena itu, judul hasil wawancara dan nama pewawancara perlu disebutkan sebelum nama dan data pener-bitan. Hasil wawancara yang dipublikasikan juga dimuat dalam daftar pustaka/daftar referensi.


 












2. Wawancara yang Tidak Diterbitkan oleh Penulis Karya Tulis Ilmiah
Wawancara jenis ini biasanya dilakukan secara khusus sebagai salah satu tahap dalam penelitian dalam rangka penyusunan karya tulis ilmiah. Wawancara untuk tujuan ini juga hanya disebutkan dalam catatan kutipan (footnote, endnote, parenthetical reference), dan karena itu tidak perlu dicantumkan dalam daftar pustaka/daftar referensi. Jika nama-nama informan perlu disebutkan, buat lampiran khusus yang menyebutkan nama-nama informan dalam penelitian. Unsur yang perlu disebutkan dalam catatan kutipan adalah: nama orang yang diwawancarai, jabatan atau kedudukannya yang menjadi alasan untuk mewawancarainya, disusul kata-kata “wawancara oleh penulis”, tempat wawancara dan tanggal wawancara.


 















H.      Bahan-bahan yang Tidak Diterbitkan
1. Skripsi, Tesis, dan Disertasi
Contoh untuk skripsi:


 












Contoh untuk tesis:


 















Contoh untuk disertasi:






 












2. Laporan Penelitian


 













3. Makalah, Kertas Kerja, Naskah Presentasi, dan sebagainya






 
















4. Manuskrip
Unsur utama yang perlu disebutkan dalam catatan kutipan dan daftar pustaka yang mengutip sebuah buku dalam format tulisan tangan atau manuskrip (manuscript, bahasa Arab: makht}u>t}ah) adalah: nama penulis, judul manuskrip, keterangan bahwa karya tersebut dalam bentuk manuskrip, data penyimpanan (kota, nama tempat, orang, instansi penyimpannya, dan kode akses terhadap manuskrip), tahun pembuatan manuskrip (jika ada), dan halaman yang dikutip (jika ada).


 












Contoh lain:


 













5. Naskah Pidato


 
















6. Surat
Ada dua jenis surat yang mungkin dapat menjadi sumber kutipan: (1) surat (atau kumpulan surat) yang diterbitkan menjadi buku dan, (2) surat yang tidak diterbitkan, biasanya disebut surat pribadi. Untuk surat yang diterbitkan, penulis surat diperlakukan sebagai pengarang lalu sebutkan tanggal atau nomor koleksi surat (jika ada).
Contoh surat yang diterbitkan:


 












Surat pribadi dan tidak diterbitkan biasanya hanya disebutkan dalam catatan kutipan, tetapi tidak disebutkan dalam daftar pustaka atau daftar referensi.


 









I.  Perundang-undangan dan Dokumen Resmi Pemerintah
Dalam pengutipan dari undang-undang dan penerbitan resmi pemerintah, unsur yang perlu dicantumkan adalah: nama instansi yang berwenang, judul naskah (huruf italic). Jika data dikutip dari sumber sekunder, maka unsur sumber tersebut dicantumkan dengan menambah-kan unsur-unsur nama buku (huruf italic), dan data penerbitan. Jika sumber sekunder tersebut mempunyai penyusun, maka nama penyusun ditempatkan sebelum nama buku dan data penerbitan. Contoh:





 

































J. Dokumen dari Badan-badan Internasional


 











K.      Dokumen Elektronik (CD-ROM, Disket, Kaset, dan sejenisnya, Internet)
Ada dua tipe utama media elektronik: (1) dalam bentuk fisik seperti CD-ROM, DVD, disket, video atau radio tape, dan (2) sumber-sumber online seperti pelayanan data berbasis komputer (data base), jaringan, dan sejenisnya. Internet sebagai salah satu sumber online yang paling luas digunakan saat ini akan dibahas pada bagian berikutnya.
Dokumen elektronik berupa buku, ensiklopedi, kamus dan dokumen sejenis yang tersimpan dalam bentuk portable (misalnya CD-ROM, DVD, disket) yang perlu dicantumkan adalah: penulis, judul dokumen, data penerbitannya dalam bentuk buku cetak (jika ada), judul data base (jika ada), jenis media (misalnya, CD-ROM) yang ditulis dalam kurung kerawal ([]), nama pembuat media (jika ada), dan tanggal penerbitan/pembuatan (jika disebutkan). Jika dokumen itu diperoleh pada sumber data base yang memerlukan nomor akses, perlu disebutkan nomor identifikasi atau nomor aksesnya.
1. Contoh dari CD-ROM:


 













2. Contoh lain dari CD-ROM Hadis:


 












Contoh lain:





 













3. Contoh Dari Data Base Elektronik:


 















L. Sumber Online atau Internet*)
Format dasar untuk pengutipan sumber-sumber online dalam sebuah karya tulis ilmiah yang menggunakan sistem catatan kutipan adalah sebagai berikut:






1Nama Pengarang, Judul Buku (Data penerbitan). Alamat situs (tanggal akses)
2Nama Pengarang, “Judul Tulisan,” Judul/Nama Jenis Penerbitan (Ensiklopedia, Jurnal, Majalah, Surat Kabar, Alamat Situs dan sebagainya) (Data penerbitan). alamat situs (tanggal akses).
3“Judul Tulisan/Dokumen,” Nama/Jenis Penerbitan (Ensiklopedia, Jurnal, Majalah, Surat Kabar, Alamat Situs dan sebagainya) (Data penerbitan). Alamat situs (tanggal akses).
 


 











1. Buku Edisi Cetak yang Dapat Diakses Online
Saat ini semakin banyak buku cetak yang telah dipublikasikan secara online di internet, antara lain melalui proses scanning terhadap edisi cetaknya. Jadi, format buku online persis sama dengan edisi cetak buku itu. Karena itu, unsur yang dimasukkan dalam catatan kutipan persis sama dengan kutipan terhadap format buku cetak (dalam segala variasinya seperti disebutkan dalam item B dalam bab ini) ditambah dengan informasi tentang alamat situs dan tanggal akses situs itu.


 
















2. Buku Elektronik Online
Untuk buku elektronik yang berbeda dengan versi cetak atau tanpa versi cetak sama sekali, unsur yang harus disebutkan adalah: nama pengarang (jika ada), judul buku, nomor revisi (jika ada), alamat situs, dan tanggal akses.

 










Contoh lain:


 
















3. Jurnal Edisi Cetak yang Dapat Diakses Online


 

















4. Jurnal Elektronik Online





 





















5. Artikel Majalah Online


 












6. Artikel Surat Kabar Online





 

















7. Artikel dalam Ensiklopedia Online


 












8. Entri dalam Kamus Online
Sebutkan penulis entri (jika ada) atau mulai dengan judul entri dalam tanda petik, judul kamus dalam huruf miring, alamat situs, dan tanggal akses.


 











9. Situs Kelompok, Organisasi atau Lembaga (yang bertindak sebagai pengarang)
Jika sebuah kelompok, organisasi, atau lembaga mensponsori sebuah situs dan tidak ada pengarang yang disebutkan untuk sebuah item (artikel, berita, liputan), gunakan nama kelompok tersebut sebagai pengarang.


 
















10. Situs Kelompok, Organisasi atau Lembaga (yang tidak berfungsi sebagai pengarang)


 














11. Situs Pemerintah


 














12. Situs Pribadi
Jika sebuah artikel ditulis oleh seseorang dan dimuat dalam situs pribadinya, maka nama pengarang disebutkan sebelum artikel. Jika yang dikutip dalam situs pribadi hanyalah berita atau informasi biasa, nama pengarang (atau administrator situs tersebut) tidak perlu disebutkan tapi cukup dengan menulis judul itemnya, disusul dengan nama situs, alamat, dan tanggal aksesnya.






 

















13. Blog Pribadi
Pada dasarnya, fungsi sebuah Blog hampir sama dengan sebuah situs pribadi. Hanya saja, Blog sifatnya lebih interaktif karena orang yang membuka atau mengakses blog itu bisa mem-berikan komentar terhadap item yang diposting pemiliknya di blog itu. Selain itu, blog lebih menyerupai buku diari di mana seseorang bisa menyimpan catatan, gambar, kalender pribadi, dan sebagainya secara online dan senantiasa dimutakhirkan.


 













14. Email Pribadi
Untuk mengutip sebuah pesan dari email pribadi, seorang penulis hendaknya meminta izin dari pengirimnya. Email pribadi juga tidak perlu dimasukkan dalam daftar pustaka atau daftar referensi karena tidak bisa diakses oleh orang lain. Sebutkan nama asli si pengirim email sebagai pengarang dan hapus alamat emailnya (untuk menjaga privasi pemiliknya). Gunakan topik email sebagai judul yang ditulis dalam tanda petik, lalu jelaskan bahwa pesan tersebut adalah email pribadi yang diikuti dengan tanggal pesan.


 








15. Email dari Mailing List (emailgroups)


 















Perkembangan teknologi di bidang informasi dan komuni-kasi di masa depan tentu saja akan memungkinkan tersedianya lebih banyak lagi variasi sumber informasi online yang bisa digunakan untuk tujuan akademik, hal-hal yang mungkin pada saat ini belum sempat dibayangkan. Karena itu, sistem referensi untuk sumber-sumber online dan internet yang disebutkan di sini senantiasa memerlukan pemutakhiran di masa depan.
Lepas dari kenyataan tersebut di atas, esensi dan maksud pengutipan dalam sebuah karya tulis ilmiah pada dasarnya akan tetap sama: (1) menunjukkan kejujuran akademik seorang penulis karya tulis ilmiah; (2) memberikan kredit dan penghargaan kepada pihak-pihak yang secara langsung menjadi sumber rujukan; (3) memberi peluang kepada pembaca karya tulis ilmiah untuk melakukan verifikasi, klarifikasi, dan eksplorasi lebih jauh terhadap sumber-sumber informasi yang digunakan oleh penulis karya tulis ilmiah yang bersangkutan.

BAB VI

 
FORMAT KARYA ILMIAH
A.      Jenis Kertas, Huruf, dan Warna Tulisan
1.  Kertas yang digunakan untuk segala jenis karya tulis ilmiah adalah kertas HVS 80 gram, Letter (lebar 21,59 x tinggi 27,94 cm), berwarna putih bersih.
2.  Huruf yang digunakan dalam karya tulis ilmiah harus konsisten, yakni hanya satu tipe dan besaran. Misalnya huruf Courier dengan besaran 10 huruf/inci pada mesin ketik manual. Huruf miring (italic) pun harus dari jenis yang sama. Karya tulis ilmiah yang diketik dengan menggunakan program word processor komputer atau mesin ketik elektronik sangat dianjurkan menggunakan jenis font Times New Roman dengan ukuran besar 12 point. Jika karya tulis ilmiah berisi banyak kutipan yang memerlukan transliterasi Arab-Latin, dianjurkan menggunakan font transliterasi standar yang memung-kinan pengetikan huruf sesuai dengan pedoman transliterasi yang ditetapkan dalam pedoman ini (lihat Lampiran 1). (Untuk tujuan ini, font standar yang cukup praktis dan rapi digunakan dalam program word processor adalah Times New Arabic).
3.  Tulisan harus rata berwarna hitam. Ketikan yang tidak rata warnanya (berbelang-belang) tidak dapat diterima untuk disahkan. Oleh karena itu, pita mesin ketik atau pita/tinta printer yang digunakan harus selalu baru.
4.  Judul halaman, bab, dan judul bab diketik dengan huruf kapital semuanya (All Caps) dan ditebalkan (bold).
5.  Judul subbab diketik dengan huruf miring (italic) dan ditebalkan (bold).


78
 
 

B. Halaman Sampul
Kalimat-kalimat dalam halaman sampul ditulis dengan format berikut:
1.  Judul karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi, jurnal ilmiah, dan laporan penelitian) diketik dengan huruf kapital secara utuh dan tidak memakai singkatan. Jika judul lebih dari satu baris, maka judul tersebut diketik dengan bentuk piramida terbalik, demikian juga susunan kalimat lainnya.
2.  Kata “Oleh” ditulis secara horizontal dan simetris di atas nama penulis.
3.  Nama penulis ditulis dengan huruf kapital, digarisbawahi, dan di bawahnya diterakan NIM.
4.  Kalimat peruntukan skripsi, tesis, dan disertasi, jurnal ilmiah, dan laporan penelitian ditulis simetris yang berbunyi:


Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Agama Jurusan ……pada Fakultas … …
UIN Alauddin Makassar


 
 





Contoh untuk skripsi yang ditulis dalam bahasa Inggris dapat dilihat dalam Lampiran 4. Untuk skripsi yang ditulis dalam bahasa Arab, contohnya dapat dilihat dalam Lampiran 5.
Sedangkan redaksi untuk tesis/disertasi sebagai berikut:


Tesis Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama pada Program Pascasarjana
UIN Alauddin Makassar

 
 




Catatan: Untuk S3, menyesuaikan: Disertasi dan gelar Doktor.
5.  Nama Jurusan (kecuali tesis dan disertasi), Fakultas dan Universitas.
6.  Tahun penyelesaian studi/yudisium.
7.  Warna sampul karya tulis ilmiah adalah sebagai berikut:
   Fakultas Adab dan Humaniora                 = Kuning
   Fakultas Dakwah dan Komunikasi           = Coklat Muda
   Fakultas Syariah dan Hukum                    = Hitam
   Fakultas Tarbiyah dan Keguruan              = Hijau Muda
   Fakultas Ushuluddin dan Filsafat             = Biru Muda
   Program Pascasarjana                                = Coklat Kemerahan
   Fakultas Sains dan Teknologi                   = Biru Tua
   Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan                  = Putih
8.  Halaman judul berwarna putih, kertas HVS dengan isi seperti isi halaman sampul.
C. Sistem Penomoran
1. Halaman
a.  Bagian awal karangan (halaman-halaman untuk judul, abstrak, pernya-taan keaslian, pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan ilustrasi, serta transliterasi) diberi halaman dengan angka Romawi kecil (i, ii, iii, dan seterusnya) yang ditempatkan simetris di sebelah bawah margin bawah. Untuk penulisan bahasa Arab dipergunakan huruf hijaiyyah Arab.
b.  Bagian tubuh dan akhir karangan dari bab pertama sampai dengan halaman lampiran diberi nomor halaman dengan angka. Nomor halaman ditempatkan di sebelah kanan atas (dengan jarak 2,7 cm dari ujung atas kertas) untuk penulisan dengan huruf Latin dan di sebelah kiri atas penulisan huruf Arab. Halaman yang ditempati judul bab, diberi nomor di bagian tengah bawah.
2. Bab dan Bagian-bagiannya
a.  Bab ditulis dengan huruf kapital, rapat, dan diberi nomor dengan angka Romawi besar (BAB I, BAB II, BAB III, dan seterusnya). Untuk penulisan huruf Arab, dipakai sebutan bilangan bertingkat yang ditulis dengan huruf. Contoh:
البا ب  الا و ل البا ب الثا نى البا ب الثا لث
b.  Untuk struktur penomoran bab, subbab, pasal, anak pasal, dan seterus-nya, diatur dan ditulis sebagai berikut:
   Nomor bab ditulis dengan angka Romawi: I, II, III, dan seterusnya.
   Nomor subbab ditulis dengan huruf kapital: A, B, C, dan seterusnya.
   Nomor pasal ditulis dengan angka Arab: 1, 2, 3, dan seterusnya.
   Nomor subpasal ditulis dengan huruf kecil: a, b, c, dan seterusnya.
   Enumerasi ayat dengan 1), 2), 3), dan seterusnya.
   Enumerasi anak ayat dengan huruf kecil yang diberi tanda kurung sebelah kanan: a), b), c), dan seterusnya.
   Pecahan selanjutnya jika masih diperlukan, ditandai dengan angka Arab dalam kurung: (1), (2), (3), dan seterusnya; dan selanjutnya jika masih ada, dengan huruf kecil dalam kurung: (a), (b), (c), dan seterusnya.
   Kurung tutup sesudah angka dan huruf pada enumerasi, berfungsi sebagai titik. Oleh karena itu, titik tidak dipergunakan lagi.
Untuk penulisan karya tulis dalam bahasa Arab, dipakai abjad dan angka-angka Arab yang sesuai dengan struktur di atas.
Contoh struktur dan penomoran bab dan bagiannya dapat dilihat pada halaman berikut.

Contoh: Struktur dan penomoran bab dan bagiannya


BAB I
JUDUL BAB
A.      Judul Subbab
1. Judul Pasal
a.  Judul Subpasal
b.  Judul Subpasal
1) Judul Ayat       [bukan 1).]
2) Judul Ayat
a) Judul Anak Ayat [bukan a).]
b) Judul Anak Ayat
(1)  Judul Item     [bukan (1).]
(2)  Judul Item
(a)  Judul Anak Item [bukan (a).]
(b)  Judul Anak Item
B. Judul Subbab
1. Judul Pasal
a.  Judul Subpasal
dan seterusnya...

 
 





























Di samping contoh di atas, struktur lain dapat juga digunakan, de-ngan syarat penggunaannya harus konsisten. Salah satu struktur yang di-maksud adalah prinsip margin ganda, sebagai yang dicontohkan berikut ini:


BAB I
JUDUL BAB
A.      Judul Subbab
1. Judul Pasal
a.  Judul Subpasal
b.  Judul Subpasal
1)  Judul Ayat
2)  Judul Ayat
a)  Judul Anak Ayat
b)  Judul Anak Ayat
(1)   Judul Item
(2)   Judul Item
(a)   Judul Anak Item
(b)   Judul Anak Item
B. Judul Subbab
1. Judul Pasal
a.  Judul Subpasal
dan seterusnya…

 
 






























Untuk struktur kedua ini, margin baris pertama (dari paragrafnya, kalau isinya berupa paragraf) dimulai tiga karakter dari awal huruf bagiannya, sedang margin baris berikutnya sejajar dengan huruf awal bagiannya masing-masing (subbab, pasal, subpasal, ayat, anak ayat, item, anak item).
Untuk penulisan huruf Arab, struktur di atas disesuaikan dari margin kanan.
D.      Penggandaan
1.  Konsep skripsi disiapkan sebanyak 2 (dua) eksemplar, diserahkan ke-pada Pembimbing/Pembantu Pembimbing.
2.  Skripsi yang telah disetujui oleh Pembimbing, digandakan dengan mesin fotokopi atau cetakan komputer sebanyak 5 (lima) naskah. Empat naskah untuk Dewan Penguji, termasuk Pembimbing. Naskah akhir yang digandakan tersebut harus rapi, bersih, dan bebas dari kesalahan (redaksi dan pengetikan). Selanjutnya naskah ditandata-ngani oleh para Pembimbing dan diserahkan ke bagian akademik di fakultas yang bersangkutan untuk diproses lebih lanjut (munaqasyah).
3.  Penggandaan naskah skripsi dapat dilaksanakan setelah yang bersang-kutan mengadakan perbaikan atas skripsinya sesuai dengan catatan dan rekomendasi dari para Penguji dan bimbingan para Pembimbing.
4.  Naskah skripsi yang telah disetujui oleh Dewan Penguji digandakan sebanyak jumlah eksemplar yang ditetapkan oleh Fakultas (Dewan Penguji), arsip fakultas, perpustakaan universitas, dan instansi terkait lainnya).
5.  Setelah ditandatangani oleh Dewan Penguji/Munaqisy dan disahkan oleh Dekan Fakultas, naskah skripsi diserahkan kepada Fakultas.
6.  Penggandaan tesis dan disertasi disesuaikan dengan peraturan yang ditetapkan lebih lanjut oleh Direktur Program Pascasarjana.
7.  Penggandaan karya ilmiah lainnya (jurnal dan laporan penelitian) disesuaikan dengan peraturan yang ditetapkan lebih lanjut oleh lem-baga terkait.

BAB VII

 
PEMBIMBING
A.      Penunjukan Pembimbing
1.  Pembimbing/Pembantu Pembimbing untuk penulisan skripsi adalah dosen yang ditugaskan berdasarkan Surat Keputusan dari Ketua Jurusan/Dekan.
2.  Pembimbing atau Pembantu Pembimbing, seperti yang dimaksudkan dalam butir (1) di atas, adalah tenaga pengajar yang menduduki ja-batan fungsional, dengan ketentuan sebagai berikut:
   Pembimbing menduduki jabatan fungsional Lektor, Asisten Ahli bergelar Doktor atau bergelar Magister.
   Pembantu Pembimbing serendah-rendahnya menduduki jabatan fungsional Lektor (bergelar S1).
   Dosen Luar Biasa yang dipandang ahli, tetapi tidak mempunyai jabatan fungsional, dapat menjadi dosen pembimbing skripsi.
3.  Setiap penelitian dan penulisan skripsi, dibimbing oleh dua orang pembimbing atau seorang Pembimbing dan seorang Pembantu Pem-bimbing.
4.  Penelitian dan penulisan tesis, dibimbing oleh dua orang pembimbing yang berpangkat Guru Besar, atau bergelar Doktor yang sudah ber-pangkat Lektor.
B. Tugas Pembimbing dan Pembantu Pembimbing
Untuk penulisan skripsi, Pembimbing sudah harus menjalankan tugasnya sejak menerima draft skripsi yang dilampiri Surat Keputusan dari Ketua Jurusan/Dekan. Sementara itu, untuk penulisan tesis dan disertasi, Pembimbing menjalankan tugasnya sejak menerima sinopsis tesis yang disertai Surat Keputusan menjadi Pembimbing dari Direktur Pascasarjana.
85
 
Pembimbing untuk skripsi dapat melaksanakan diskusi dengan ma-hasiswa yang bersangkutan, atau melaksanakan seminar dengan koordinasi Ketua Jurusan. Sedangkan Pembimbing untuk tesis dan disertasi diharus-kan melaksanakan seminar setelah berkoordinasi dengan Direktur Program Pascasarjana.
Pembimbing bertugas melakukan bimbingan:
   Menerima draft dan naskah skripsi.
   Memeriksa sinopsis dan naskah tesis.
   Memberikan petunjuk-petunjuk perbaikan mengenai materi, metodologi penelitian dan penulisan, bahasa dan kemampuan menguasai masalah.
Pembantu Pembimbing (untuk skripsi) bertugas:
   Memeriksa lebih dahulu rencana penelitian (draft) skripsi dan naskah skripsi sebelum diperiksa oleh Pembimbing.
   Mengonsultasikan atau memberi catatan pernaikan yang akan disam-paikan kepada Pembimbing.
   Membimbing mahasiswa memperbaiki skripsinya sesuai dengan catatan pembimbing.
Pembimbing/Pembantu Pembimbing dalam melaksanakan penga-wasan penulisan skripsi, dapat:
   Membubuhi tanda tangan atau paraf pada halaman outline draft skripsi.
   Meminta penyusun skripsi menghadirkan data pendukung pernyataan, baik dalam bentuk naskah asli atau salinan.

DAFTAR PUSTAKA
Anson, Chris M. dan Robert A. Schwegler, The Longman Handbook for Writers and Readers. Edisi Kedua. Reading, MA: Addison-Wesley Educational Publisher, 2000.
den Heijer, Johannes. Ed. A Guide to Arabic Transliteration. Jakarta: INIS, 1992.
Ismail, M. Syuhudi. “Proses Penulisan Karya Tulis Ilmiah.”  Makalah yang tidak diterbitkan, awalnya dipresentasikan dalam Latihan Kepe-mimpinan Mahasiswa (LKM) Tingkat Menengah Angkatan VIII BPKM IAIN Alauddin se-Indonesia Timur di Makassar, 5 Juli 1990.
Syalabi, Ah}mad. Kaifa Taktub Bah}s\an au Risa>lah. Cet. 14. Kairo: Makta-bah al-Nahd}ah al-Mis}riyyah, 1997.
Turabian, Kate L. A Manual for Writers of Term Papers, Theses, and Dissertations. Edisi keenam yang direvisi oleh John Grossman dan Alice Bennet. Chicago: The University of Chicago Press, 1996.

















Lampiran 1: Pedoman Transliterasi Arab-Latin
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi adalah pengalihhurufan dari abjad yang satu ke abjad lainnya. Yang dimaksud dengan transliterasi Arab-Latin dalam pedoman ini adalah penyalinan huruf-huruf Arab dengan huruf-huruf Latin serta segala perangkatnya.
Ada beberapa sistem transliterasi Arab-Latin yang selama ini digu-nakan dalam lingkungan akademik, baik di Indonesia maupun di tingkat global. Namun, dengan sejumlah pertimbangan praktis dan akademik, tim penyusun pedoman ini mengadopsi “Pedoman Transliterasi Arab Latin” yang merupakan hasil keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I., masing-masing Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987. Tim penyusun hanya mengadakan sedikit adaptasi terhadap transliterasi artikel atau kata sandang dalam sis-tem tulisan Arab yang dilambangkan dengan hurufال   (alif lam maarifah). Dalam pedoman ini, al- ditransliterasi dengan cara yang sama, baik ia diikuti oleh alif lam Syamsiyah maupun Qamariyah.
Dengan memilih dan menetapkan sistem transliterasi tersebut di atas sebagai acuan dalam pedoman ini, mahasiswa yang menulis karya tulis ilmiah di lingkungan UIN Alauddin Makassar diharuskan untuk mengikuti pedoman transliterasi Arab-Latin tersebut secara konsisten jika transli-terasi memang diperlukan dalam karya tulis mereka. Berikut adalah penje-lasan lengkap tentang pedoman tersebut.
1. Konsonan
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada halaman berikut:












 




































Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:


 








Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:


 




            Contoh:
            كَـيْـفَ     : kaifa
            هَـوْ لَ     : haula
3. Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:


 









            Contoh:
مـَا تَ     : ma>ta
رَمَـى      : rama>
            قِـيْـلَ       : qi>la
يَـمـُوْ تُ   : yamu>tu
4. Ta marbu>t}ah
Transliterasi untuk ta marbu>t}ah ada dua, yaitu: ta marbu>t}ah yang hidup atau mendapat harkat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya adalah [t]. Sedangkan ta marbu>t}ah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah [h].
Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbu>t}ah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h).
Contoh:
رَوْضَـة ُ الأ طْفَالِ            : raud}ah al-at}fa>l
اَلْـمَـدِيْـنَـة ُ اَلْـفـَاضِــلَة ُ     : al-madi>nah al-fa>d}ilah
اَلـْحِـكْـمَــة ُ         : al-h}ikmah
5. Syaddah (Tasydi>d)
Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydi>d ( ّ  ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.
Contoh:
رَبّـَـناَ      : rabbana>
نَـجّـَيْــناَ   : najjai>na>
اَلـْـحَـقّ ُ : al-h}aqq
اَلـْـحَـجّ ُ : al-h}ajj
نُعّـِـمَ       : nu“ima
عَـدُوٌّ       : ‘aduwwun
Jika huruf ى ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah (ــــِـىّ), maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah (i>).
Contoh:
عَـلِـىٌّ      : ‘Ali> (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)
عَـرَبـِـىُّ   : ‘Arabi> (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ال  (alif lam maarifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiah maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).
Contohnya:
اَلشّّـَمْـسُ           : al-syamsu (bukan asy-syamsu)
اَلزَّلـْـزَلـَـة ُ         : al-zalzalah (az-zalzalah)
اَلـْـفَـلْسـفَة ُ          : al-falsafah
اَلـْـبــِـلاَدُ  : al-bila>du

7. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
Contohnya:
تـَأمُـرُوْنَ  : ta’muru>na
اَلـْـنّـَوْءُ    : al-nau’
شَـيْءٌ     : syai’un
أ ُُمِـرْ تُ          : umirtu
8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata Al-Qur’an (dari al-Qur’a>n), Sunnah, khusus dan umum. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus ditransliterasi secara utuh.
Contoh:
Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n
Al-Sunnah qabl al-tadwi>n
Al-‘Iba>ra>t bi ‘umu>m al-lafz} la> bi khus}u>s} al-sabab
9. Lafz} al-Jala>lah (الله)
Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mud}a>f ilaih (frasa nominal), ditransli-terasi tanpa huruf hamzah.
Contoh:
دِيـْنُ اللهِ     di>nulla>h         بِاِ اللهِ     billa>h 
Adapun ta marbu>t}ah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz} al-jala>lah, ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh:
هُـمْ فِيْ رَحــْـمَةِ اللهِ    hum fi> rah}matilla>h

10. Huruf Kapital
Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR).
Contoh:
Wa ma> Muh}ammadun illa> rasu>l
Inna awwala baitin wud}i‘a linna>si lallaz\i> bi Bakkata muba>rakan
Syahru Ramad}a>n al-laz\i> unzila fi>h al-Qur’a>n
Nas}i>r al-Di>n al-T{u>si>
Abu>> Nas}r al-Fara>bi>
Al-Gaza>li>
Al-Munqiz\ min al-D}ala>l
Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abu> (bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contohnya:


Abu> al-Wali>d Muh}ammad ibnu Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad (bukan: Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad Ibnu)
Nas}r H{a>mid Abu> Zai>d, ditulis menjadi: Abu> Zai>d, Nas}r H{a>mid (bukan: Zai>d, Nas}r H{ami>d Abu>)
 

Lampiran 2: Daftar Singkatan
DAFTAR SINGKATAN
Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:
swt.                      =   subh}a>nahu> wa ta‘a>la>
saw.                     =   s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam
a.s.                       =   ‘alaihi al-sala>m
H                         =   Hijrah
M                         =   Masehi
SM                       =   Sebelum Masehi
l.                          =   Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja)
w.                        =   Wafat tahun
Q.S. …(…): 4      =   Quran, Surah …, ayat 4
Beberapa singkatan dalam bahasa Arab:
ص              =   صفحة
دم                =   بدون مكان
صلعم            =   صلى الله عليه و سلم
ط                =   طبعة
دن               =   بدون ناشر
الخ               = الى اخره  \ الى  اخرها
ج                =   جزء


Lampiran 3: Contoh halaman sampul dan halaman judul skripsi dalam bahasa Indonesia

PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP
PERKAWINAN BEDA AGAMA
(Studi Analisis Terhadap Pemikiran Jaringan Islam Liberal)



 






Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Hukum Islam Jurusan Peradilan Agama
pada Fakultas Syariah dan Hukum
 UIN Alauddin Makassar



Oleh
SALMAWATI
NIM. S0100103055









FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2007

Lampiran 4: Contoh halaman sampul dan halaman judul skripsi dalam Bahasa Inggris

IMPROVING THE SECOND YEAR STUDENTS’
VOCABULARY OF MADRASAH ALIYAH (MA)
MADANI PAO-PAO BY USING PREVIEW
IN CONTENT METHOD




 






A Thesis

Submitted in Partial Fulfilment of the Requirements for the Degree of
Sarjana Pendidikan Islam in English Education of the Faculty
of Tarbiyah and Teacher Training of UIN Alauddin



By

RINI APRI SUSANTI
Reg. No. T.0400103078







THE FACULTY OF TARBIYAH AND TEACHER TRAINING
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2008

Lampiran 5: Contoh halaman sampul dan halaman judul skripsi dalam bahasa Arab


القيم   الجما لية   فى   سورة   هود
(دراسة   تحليلية   فنية)








رسالة  قدمت  لاستيفاء  بعض  الشروط  للحصول  على شهادة 
سرجانا   اغام  شعبة  علم  اللغة  العربية  بكلية  الاداب
الجامعة  الإسلامية  الحكومية  علاء  الدين
مكسر

بكلم
محمد  فيصل   باقتى
رقم  التسجيل : ....

كلية  الاداب  بالجامعة  الإسلامية  الحكومية  علاء الدين
مكسر
1986

Lampiran 6: Contoh halaman sampul dan halaman judul tesis dalam bahasa Indonesia

PEMIKIRAN M. QURAISH SHIHAB DALAM
PENAFSIRAN AL-QUR’AN
(Telaah atas Metodologi Tafsir Al-Qur’an al-Karim)




 






Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Magister dalam Bidang Teologi Islam pada
Program Pascasarjana UIN Alauddin
Makassar





Oleh
CHAIRIL ANWAR
NIM. P0100204178






PROGRAM PASCASARJANA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2008

Lampiran 7: Contoh halaman sampul dan halaman judul disertasi dalam bahasa Indonesia

DAKWAH DALAM MASYARAKAT PLURAL
(Peranan Tokoh Agama dalam Memelihara Hubungan Harmonis Antarumat Beragama di Kendari)



 







Disertasi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Doktor dalam Bidang Dakwah dan Komunikasi
pada Program Pascasarjana UIN Alauddin
Makassar





Oleh
LA MALIK IDRIS
NIM. P0100303005






PROGRAM PASCASARJANA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2008

Lampiran 8: Contoh halaman pernyataan keaslian karya tulis ilmiah
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI*
Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, - - - - - - - - - -
Penyusun,


__________________
NIM:

















Lampiran 9: Contoh halaman abstrak (dalam bahasa Indonesia)
ABSTRAK
Nama Penyusun  :    Usman Muhsin
NIM                     :    89.31.0765
Judul Skripsi       :    “Perlunya Ima>mah Menurut Syi>‘ah Is\na> ‘Asyariyah”
 

Skripsi ini adalah studi tentang salah satu aspek dari doktrin Syi>‘ah Is\na> ‘Asyariyah mengenal ima>mah. Pokok permasalahan adalah bagaimana urgensi ima>mah menurut pandangan mereka. Masalah ini dilihat dengan pendekatan teologis dan dibahas dengan metode kualitatif dan dengan content analysis (analisis isi).
Bagi kaum Syi>’ah, sudah merupakan dogma bahwa ima>mah itu perlu karena merupakan perwujudan dari lut}f (kehalusan dan kasih sayang) Allah swt. terhadap makhluk-Nya. Berdasarkan prinsip keadilan Allah, para mutakallimi>n dari kalangan Syi>‘ah Is\na> ‘Asyariyah mengembangkan argu-mentasi teologis untuk mendukung dogma tersebut. Mereka menyatakan bahwa salah satu segi dari keadilan Allah adalah bahwa Dia tidak mela-kukan sesuatu yang tidak adil, dan tidak akan menghukum hamba-Nya tanpa alasan. Sebagai kelanjutannya, prinsip mewajibkan bahwa Allah perlu memberi takli>f (kewajiban keagamaan) untuk dilaksanakan oleh manusia agar dengan melaksanakannya, dan menghukum mereka yang meninggalkannya. Namun, kewajiban-kewajiban keagamaan ini tidak dapat dilaksanakan oleh manusia tanpa adanya luf}t dari Allah. Fungsi itu luf}t Allah yang diwujudkan-Nya melalui bi‘s\a dengan mengirim nabi-nabi dan rasul-rasul serta menunjuk imam-imam, adalah perlu. Karena alasan inilah, Syi>‘ah Is\na> ‘Asyariyah menyatakan bahwa ima>mah itu perlu.

Lampiran 10: Contoh halaman abstrak (dalam bahasa Arab)

تجريد البحث
الإسم             :_ محمد فيصل باقتى
رقم  التسجيل   :
موضوع  الرسالة_ :________________________________________________________ القيمة الجمالية فى سورة هود (دراسة  تحليلية  فنية)
 

هذه  الرسالة  تبحث  عن  الجمالية  الموجودة  فى  سورة  هود. وهي  مضوعة  بمسائل  شتى ترجع  الى  المسألة  الأساسية  كيف  وما  هي  الساليب  البلاغية  و الأشكال  الفنية  التى تتضمنها  هذه  السورة.  فهي  اذن  بحث  كشفية  مع  تحليل  المضمون  الأنها  تقوم على  بيانات كمية  وهدفها  كشف  أسرار  البلاغة   القرانية.
فالعناصر  البلاغة  بما فيها من البيان  و البديع  و المعانى  ممثله  فى  الايات  التي  وردت  فيها بينما الاشكال الفنية متمثلة  فى القصص والحوار والخطاب. ففي هذه السورة  وردت سبع قصص  من الانبياء وهم نوح  و هود و لوط  و صالح  و موسى  و ابرهيم  و  شعيب عليهم السلام مع  الوان  من  المصارعات  خلال قيامهم بتبليغ  الدعوة  الى قومهم.  وفى الخطاب  يلاحظ  مدى اشفق الله سبحانة  تعالى  الى  نبيه  المصطفى محمد صلي الله  عليه  وسلم  بحيث  انّ  الله  ذكره  بان لايقوم  رسل من  الرسل  الكرام  بتبليغ   دعوة   الحق  الا وقبول  من قبل  قومه  بالوان من  الاستهزاء  والسخرية  ثم  اعقب  هذا  الاشفاق  بذكر ما  سيحل  باالظالمين  فيما  بعد  من  سوء  المصير.  وفى الحوار  يلاحظ  استخدام  الرسل  الكرام  الاسرار  البلاغية   دعوتهم.

Lampiran 11: Contoh halaman persetujuan pembimbing (dalam bahasa Indonesia)
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing penulisan skripsi Saudara Muhammad Azman Arsyad, NIM: 02.24.1335, mahasiswa Jurusan Peradilan Agama pada Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi skripsi yang bersangkutan dengan judul, “Poligami dalam Perdebatan: Perspektif Hukum Islam,” memandang bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke sidang munaqasyah.
Demikian persetujuan ini diberikan untuk diproses lebih lanjut.


Makassar, …………………..




________________                                       __________________
NIP.                                                               NIP.
Pembimbing                                                  Pembimbing*

















Lampiran 12: Contoh halaman persetujuan pembimbing (dalam bahasa Arab)
موا فقة  المشرفين
بعد  الاطلاع   على  الرسالة  المقدمة  من  الطالب :  محمد فيصل باقتى،  رقم  التسجيل :  8،8\ك إ  بعنوان :  القيم الجمالية  فى سورة  هود  (دراسة  تحليلية  فنية),  وبعد  اجراء  الاصلاحات  اللازمة,  نقره,  نحن  المشرفان,  على  ان  الرسالة  المذكورة  قد  استوفت   الشر وط   العلمية  المطلوبة    وانها  صالحة   لتقديمها  للمناقشة.

مكسر,  10           نوفمبر             1986  م
                        11   ربيع   الأخير  1407  ه

المشرف  الأول                                                              المشرف  الثانى








Lampiran 13:         Contoh halaman pengesahan skripsi
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul, “Pandangan Hukum Islam terhadap Perka-winan Beda Agama (Studi Analisis Terhadap Pemikiran Jaringan Islam Liberal),” yang disusun oleh Salmawati, NIM: S0100103055, mahasiswa Jurusan Peradilan Agama pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Senin, tanggal 7 Mei 2008 M, bertepatan dengan 1 Jumadil Awal 1429 H, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Syariah dan Hukum, Jurusan Peradilan Agama (dengan beberapa perbaikan).*

Makassar,   7 M e i               2008 M.
1 Jumadil Awal 1429 H.

DEWAN PENGUJI:

Ketua                          :                                         (…………………………)

Sekretaris                   :                                         (…………………………)

Munaqisy I                 :                                         (…………………………)

Munaqisy II                :                                         (…………………………)

Pembimbing I             :                                         (…………………………)

Pembimbing II           :                                         (…………………………)

Diketahui oleh:
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Alauddin Makassar,


___________________
NIP.

Lampiran 14: Contoh halaman Daftar Isi (Skripsi-1)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................           i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................         ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................        iii
KATA PENGANTAR .........................................................................         iv
DAFTAR ISI   ......................................................................................          v
DAFTAR TABEL/ILUSTRASI (kalau ada)  ......................................         vi
DAFTAR TRANSLITERASI .............................................................        vii
ABSTRAK ...........................................................................................         ix
BAB       I     PENDAHULUAN …………………….……………….     1-15
                     A. Latar Belakang   ………………………..……………          1
                     B. Rumusan Masalah   ………………………………….          4
                     C. Hipotesis (kalau ada)   …………..…………………..          6
                     D. Ruang Lingkup Penelitian   ………..………………..          8
                     E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian   …….…………….        10
                     F.  Garis Besar Isi  ………………..…………………….        13
BAB      II     TINJAUAN KEPUSTAKAAN  ………………………   16-29
                     A. Pendahuluan     ………………………………………        16
                     B. Pendekatan Membaca    ……………………………..        19
                     C. Metode Membaca    …………………………………        21
                     D. Minat Membaca   ……………………………………        23
BAB    III     METODOLOGI PENELITIAN ……………………….   30-34
                     A. Populasi dan Sampel    ………………………………        30
                     B. Instrumen Penelitian    ………………………………        33
                     C. Prosedur Pengumpulan Data    ………………………        37
                     D. Teknik Analisis Data    …………….………………..        40
BAB    IV     HASIL PENELITIAN  ………………………………...   44-60
                     A. Topik-topik yang Menarik Minat Baca Mahasiswa  ..        44
                     B. Keterkaitan Mahasiswa Kepada Materi dan Mem-baca Komunikatif                               …………………………………..        48
                     C. Kemampuan Kognitif     …………………………….        55
BAB     V     PENUTUP  …………………….………………………   61-65
                     A. Kesimpulan    ………………………………………..        61
                     B. Implikasi Penelitian    ……………………………….        64
KEPUSTAKAAN  ………………..………………………………….        66
LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………..…………………………        69
DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………..…………………………..        89

Lampiran 15: Contoh halaman Daftar Isi (Skripsi-2)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL  ..........................................................................           i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................          ii
HALAMAN PENGESAHAN  ............................................................        iii
KATA PENGANTAR  ........................................................................         iv
DAFTAR ISI  .......................................................................................          v
DAFTAR TABEL/ILUSTRASI (kalau ada) .......................................         vi
DAFTAR TRANSLITERASI .............................................................        vii
ABSTRAK ...........................................................................................         ix
BAB       I     PENDAHULUAN  …………………………………….     1-15
                     A. Latar Belakang     ……………………………………          1
                     B. Rumusan dan Batasan Masalah   ……………………          4
                     C. Hipotesis  ……………………………………………          6
                     D. Pengertian Judul  ……………………………………          8
                     E. Metodologi Penelitian   ……………….…………….          9
                     F.  Tujuan dan Kegunaan Penelitian   …………………..        10
                     G. Garis Besar Isi ………………………………………        13
BAB      II     TINJAUAN UMUM TENTANG NIKMAT ..................   16-29
                     A. Pengertian Nikmat  .....................................................        16
                     B. Sumber Nikmat  ..........................................................        18
                     C. Pembagian Nikmat  ....................................................        21
BAB    III     ANALISIS AYAT-AYAT NIKMAT DALAM AL-QURAN                 .........................................................................   30-34
                     A. Ananlisis Kebahasaan  ………………………………        30
                     B. Analisis Eksegesis  ………………………………….        33
BAB    IV     KONSEP NIKMAT DAN DAMPAKNYA MENU-RUT AL-QUR’AN                                  ........................................................   44-60
                     A. Hakikat Nikmat  .........................................................        44
                     B. Pengaruh Nikmat  .......................................................        48
                     C. Sikap Manusia  ...........................................................        55
BAB     V     PENUTUP ……………………………………………..   61-65
                     Kesimpulan  …………………………………………….        61
                     Implikasi Penelitian  ……………………………………        64
DAFTAR PUSTAKA  ……………………………………………….        66
LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………..        69
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……………………………………….        89


[1]Untuk mengetahui aturan standar/baku dalam tata bahasa Indonesia, mahasiswa bisa merujuk pada buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (edisi pertama 1988; sebaiknya dipilih edisi terakhir), yang disertai dengan Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), yang diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional R.I.
Sementara itu, untuk memastikan kata-kata dan istilah-istilah yang baku dan tidak baku dalam bahasa Indonesia, salah satu rujukan paling otoritatif adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi pertama 1988; sebaiknya dipilih edisi terakhir) yang diterbitkan oleh penerbit yang sama.
*)Sistem catatan kutipan dan daftar pustaka untuk sumber-sumber informasi yang berasal dari internet dalam pedoman ini menggunakan Columbia Online Style (COS). Salah satu alasan pemilihan style ini adalah karena ia lebih praktis, fleksibel dan efisien daripada sistem kutipan sumber elektronik lain yang biasa digunakan. Sistem ini selengkapnya dapat dilihat dalam Chris M. Anson dan Robert A. Schwegler, The Longman Handbook for Writers and Readers, edisi kedua (Reading, MA: Addison-Wesley Educational Publisher, 2000), h. 760-788.
*Disesuaikan untuk Tesis/Disertasi.
*Atau Pembantu Pembimbing.
*Disesuaikan dengan keadaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar